Proses ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemberian nutrisi, menjaga kebersihan, hingga menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan kenyamanan sapi.
Di peternakan pembiakan, induk sapi dirawat dengan ketat sebelum melahirkan.
Proses kelahirannya dipantau secara intensif untuk memastikan kondisi optimal bagi anak sapi yang akan lahir.
Sistem ini tidak hanya membantu pertumbuhan anak sapi, melainkan juga memelihara kondisi indukan agar tetap sehat dan produktif.
Melansir situs web Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang; masa kehamilan sapi indukan dipantau selama sekitar 285 hari.
Idealnya, satu indukan melahirkan satu anak sapi setiap tahun.
Di Kimozuki Daichi Farm misalnya, interval kelahiran rata-rata hanya 355 hari. Lebih pendek dibandingkan rata-rata peternakan lain yang mencapai 406 hari.
Jepang menerapkan sistem "Gyuuho" menggunakan perangkat khusus yang dipasang di kaki depan sapi untuk memantau siklus birahi indukan.
Teknologi ini didukung dengan sistem manajemen berbasis komputer.
Setiap pagi, peternak memeriksa data siklus birahi dan menentukan sapi mana yang siap untuk 'dibuntingkan.'
Selain itu, peternak juga menggunakan sistem "Gyuuonkei" untuk membantu proses kelahiran.
Sekitar seminggu sebelum perkiraan tanggal lahir, perangkat Gyuuonkei dipasang pada indukan untuk memantau perubahan suhu tubuh secara detail.
Jika terdeteksi tanda kelahiran seperti pecahnya air ketuban, petugas akan segera menerima notifikasi di smartphone mereka.
Dengan begitu, mereka bisa langsung hadir untuk membantu proses kelahiran dan memanggil dokter hewan jika terjadi komplikasi seperti kelahiran sungsang.
Setelah lahir, anak sapi akan menyusu pada induknya selama tujuh hari pertama sebelum dipindahkan ke pusat pengasuhan dan pembesaran.
Baca juga:
Setiap anak sapi yang lahir wajib dilaporkan berdasarkan Undang-Undang Pelacakan Sapi (牛トレーサビリティ法).
Setelah lahir, anak sapi akan diberi ear tag (penanda telinga) yang mencantumkan nomor identifikasi individu 10 digit.
Anak sapi kemudian menjalani pemeriksaan untuk keperluan registrasi. Jika lulus, akan diterbitkan sertifikat registrasi anak sapi.
Semua proses ini bagian dari program registrasi wagyu yang telah dimulai di masing-masing prefektur sekitar 1920–1921.
Saat ini, terdapat empat jenis wagyu, yaitu Kuroge Washu (berambut hitam), Akage Washu (berambut cokelat), Nihon Tankaku-shu (jenis berambut pendek Jepang), dan Mukaku Washu (jenis tanpa tanduk).
Semua jenisnya didaftarkan secara resmi oleh lembaga registrasi ternak masing-masing.
Dalam sistem registrasi wagyu, selain “registrasi anak sapi,” juga terdapat tahap lanjutan seperti “registrasi dasar” dan “registrasi asal murni.”
Masing-masing kategori registrasi memiliki persyaratan tersendiri.
Namun dasar dari semuanya adalah informasi tentang garis keturunan dan kemampuan yang diperoleh dari registrasi anak sapi.
Di sisi lain, nomor identifikasi individu juga memiliki peran penting dalam aspek distribusi.
Hal itu memungkinkan pelacakan asal-usul sapi secara menyeluruh dari peternakan hingga ke konsumen.
Perawatan anak sapi dilakukan dengan penuh kasih sayang dan perhatian.
Peternak rutin mengamati kondisi mata, telinga, hidung, dan perilaku sapi, serta memeriksa suhu tubuh secara langsung melalui sentuhan.
Jika ditemukan gejala gangguan, seperti diare, penanganan dilakukan segera agar kondisi sapi cepat pulih.
Komunikasi antar petugas sangat penting, dan setiap temuan dicatat di papan informasi untuk memastikan tidak ada detail yang terlewat.
Contohnya di Fukunaga Farm, salah satu peternakan terkemuka di Jepang, metode pemeliharaannya fokus pada kenyamanan dan mengurangi stres sapi.
Setiap sapi diberikan ruang seluas sekitar sembilan meter persegi untuk bergerak bebas.
Tempat tidur sapi dilapisi serbuk kayu hinoki yang lembut dan memiliki daya serap tinggi untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan.
Sapi sangat sensitif terhadap suhu panas, sehingga kandang dilengkapi kipas ventilasi berinverter dan kain pelindung sinar matahari.
Selain itu, sistem kabut halus buatan sendiri disemprotkan setiap 15 menit untuk menurunkan suhu saat musim panas.
Setelah proses pemeliharaan selama sekitar 20 bulan, sapi yang telah dirawat dengan baik ini kemudian dikirim ke pasar lokal.
Sebagian dijual hidup-hidup ke Tokyo, siap menjadi daging wagyu premium.
Sumber: Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram