Pemerintah Kota Kyoto akan memberikan subsidi sebesar 2 juta yen (sekitar Rp 230 juta) untuk keluarga dengan anak kecil yang membeli dan memperbaiki rumah bekas “akiya".
Melansir The Asahi Shimbun, Rabu (22/5/2024), pemerintah setempat berencana mengatasi penurunan jumlah penduduk di Kyoto.
Insentif diberikan sebesar 1 juta yen kepada rumah tangga yang memiliki setidaknya satu anak prasekolah dan membeli serta merenovasi rumah yang sudah berusia minimal lima tahun.
Kemudian, tambahan subsidi sebesar 500.000 yen akan diberikan untuk masing-masing dari kondisi berikut: pindah dari luar kota, memiliki dua anak atau lebih, atau tinggal di rumah kayu tradisional “kyo-machiya.”
Maksimal dua dari tambahan subsidi atas kondisi tersebut dapat diajukan.
Adapun pemerintah menyiapkan anggaran sebesar 350 juta yen.
Subsidi membeli dan merenovasi rumah akiya juga dapat digabungkan dengan program bantuan lainnya yang ditawarkan oleh pemerintah kota.
Jika semua syarat terpenuhi, total bantuan yang dapat diterima bisa mencapai hingga 5 juta yen.
Baca juga:
Bantuan untuk membeli dan merenovasi rumah di Kyoto termasuk salah satu yang tertinggi di Jepang untuk kategori bantuan serupa.
Berdasarkan laporan CNA, Jumat (11/4/2025), Prefektur Nara menawarkan hibah 2 juta yen untuk renovasi rumah akiya.
Kemudian, Prefektur Oita memberikan hibah 2 juta yen kepada setiap keluarga yang mau pindah ke akiya di wilayah Kitsuki.
Kota ini juga memberikan subsidi bantuan bisnis hingga 1,8 juta yen bagi penduduk yang memulai usaha baru di wilayah tersebut.
Pemerintah lokal menyatakan bahwa beberapa warga yang sempat meninggalkan kota mulai kembali, tertarik oleh dana relokasi dan bantuan bisnis.
Pejabat pers Prefektur Oita, Rio Kawahigashi, mengatakan semakin banyak warga yang kembali untuk memanfaatkan akiya dalam proyek-proyek baru.
“Jika mereka yang memanfaatkan akiya bisa membentuk dan memperkuat jaringan, saya rasa akan semakin banyak ide dalam pemanfaatan rumah kosong ini,” ujarnya dilansir dari CNA, Jumat (11/4/2025).
Jepang banyak menggadapi masalah penurunan penduduk lokal yang pindah dari kota ke kota lainnya.
Misalnya, di Kyoto tercatat mengalami penurunan sebanyak 11.317 penduduk Jepang pada 2022.
Penurunan ini menjadi yang terbesar di antara semua kota di negara tersebut, menurut kementerian urusan dalam negeri.
Penurunan ini terutama terlihat pada kelompok usia produktif yang sedang membesarkan anak, yaitu usia 25–39 tahun, dengan jumlah penurunan mencapai 4.963 orang
Didorong oleh lonjakan pariwisata internasional, peningkatan pembangunan hotel menyebabkan harga properti melonjak dan mendorong keluarga muda pindah ke Otsu dan kota-kota lain di prefektur tetangga yang memiliki harga properti lebih terjangkau.
Di pedesaan Uda, Prefektur Nara juga tercatat hampir satu dari lima rumah adalah rumah kosong.
Tren demografis bergeser, di mana kaum muda pindah ke kota besar untuk bekerja, meninggalkan kota-kota pedesaan yang menyusut dan menua.
Beberapa ahli memperkirakan jumlah akiya di seluruh Jepang akan lebih dari dua kali lipat menjadi 23 juta unit atau satu dari tiga rumah pada 2038.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram