“Saya kadang tidak ingin membersihkan sekolah, tapi saya menerimanya karena itu bagian dari rutinitas," kata seorang pekerja lepas kepada BBC.
"Saya rasa, harus membersihkan sekolah adalah hal yang sangat baik karena kami belajar bahwa penting bagi kami untuk bertanggung jawab atas kebersihan tempat dan barang yang kami gunakan.”
Tidak hanya di sekolah, seiring anak-anak tumbuh besar, konsep tentang “ruang milik mereka” berkembang dari ruang kelas menjadi lingkungan sekitar, kota, dan negara.
Beberapa contoh tentang budaya kebersihan di Jepang bahkan menjadi viral, seperti ritual pembersihan kereta Shinkansen selama tujuh menit yang kini menjadi daya tarik wisata.
Bahkan para pendukung tim sepak bola Jepang pun terkenal sadar akan kebersihan.
Di setiap turnaman away, pendukung tim sepak bola Jepang selalu membawa tempat sampah sendiri dan membersihkan stadion setelah pertandingan.
Di Jepang aturan mengenai sampah sangat ketat. Misalnya di Kyoto, ketahuan membuang sampah sembarangan akan dikenakan denda.
Dilansir dari Kyoto City Official Travel Guide, jika kamu membuang sampah sembarangan di area tertentu, kamu akan didenda hingga 30.000 yen atau sekitar Rp 3,4 juta.