“Beberapa pemerintah daerah akhirnya mulai menyadari bahwa tak ada banyak pilihan selain menyediakan tempat sampah,” ujar CEO dari perusahaan rintisan Forcetec yang mendistribusikan SmaGO di Jepang, Yohei Takemura.
Tempat sampah pintar ini berasal dari perusahaan manajemen limbah asal Massachusetts, Bigbelly, yang pertama kali memperkenalkannya di Colorado hampir dua dekade lalu.
Takemura mengatakan bahwa awalnya ada penolakan terhadap penggunaan tempat sampah pintar ini di Jepang, dan butuh usaha besar untuk akhirnya meyakinkan.
Baca juga:
Melansir BBC, (7/10/2019), salah satu alasan di balik kebersihan Jepang meskipun minimnya tempat sampah adalah kuatnya budaya kebersihan yang telah tertanam.
Wakil Direktur Pemerintah Prefektur Hiroshima di Tokyo, Maiko Awane, menjelaskan bahwa nilai-nilai kebersihan sudah diterapkan sejak sekolah dasar hingga lulus SMA.
“Selama 12 tahun masa sekolah, dari SD hingga SMA, waktu untuk membersihkan sudah menjadi bagian dari jadwal harian siswa,” kata Awane.
“Dalam kehidupan rumah tangga pun, orang tua mengajarkan kepada anak bahwa tidak menjaga kebersihan barang dan ruang pribadi itu tidak baik.”
Penanaman nilai kesadaran sosial dalam kurikulum sekolah membantu anak-anak mengembangkan rasa tanggung jawab dan kebanggaan terhadap lingkungan.
Siapa yang ingin mengotori atau merusak sekolah, padahal mereka harus membersihkannya sendiri?