Menurut The Straits Times, (12/11/2024), Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida meluncurkan paket kebijakan tentang overtourism pada Oktober, mencakup subsidi untuk tempat sampah pintar.
Inisiasi tersebut juga melihat adanya masalah oleh para wisatawan yang membeli makanan kaki lima di Jepang.
Sering kali wisatawan tidak memahami aturan ketat Jepang soal pemilahan sampah di rumah dan enggan membawa sampah mereka ke mana-mana.
Tempat sampah berteknologi canggih yang disebut SmaGO banyak dipasang di Osaka dan destinasi wisata.
Tempat sampah bertenaga surya ini secara otomatis mendeteksi saat mulai penuh, lalu memadatkan sampah hingga sekitar 20 persen.
Tempat sampah ini juga terhubung dengan aplikasi smartphone yang menganalisis data volume sampah dan mengirimkan peringatan kepada petugas jika sudah penuh.
“Beberapa pemerintah daerah akhirnya mulai menyadari bahwa tak ada banyak pilihan selain menyediakan tempat sampah,” ujar CEO dari perusahaan rintisan Forcetec yang mendistribusikan SmaGO di Jepang, Yohei Takemura.
Tempat sampah pintar ini berasal dari perusahaan manajemen limbah asal Massachusetts, Bigbelly, yang pertama kali memperkenalkannya di Colorado hampir dua dekade lalu.
Takemura mengatakan bahwa awalnya ada penolakan terhadap penggunaan tempat sampah pintar ini di Jepang, dan butuh usaha besar untuk akhirnya meyakinkan.
Baca juga:
Melansir BBC, (7/10/2019), salah satu alasan di balik kebersihan Jepang meskipun minimnya tempat sampah adalah kuatnya budaya kebersihan yang telah tertanam.