Studio Ghibli menghasilkan sejumlah film animasi ikonik yang menarik perhatian dunia.
Spirited Away (2001).
Tren Gambar Ghibli dari ChatGPT Jadi Sorotan, OpenAI Kena Kritik Pedas
Film-film Ghibli dikenal karena kemampuannya menghadirkan nuansa magis yang khas.
Berikut ini adalah sejarah dan fakta menarik tentang Studio Ghibli, yang memiliki basis penggemar setia baik di Jepang maupun di berbagai belahan dunia.
Keajaiban Dunia Fantasi di Film Ghibli
Salah satu ciri khas utama film Ghibli adalah dunia fantasi yang kaya dan imajinatif, seperti dilansir dari Ministry of Foreign Affairs of Japan, Kamis (3/4/2025).
Dalam setiap filmnya, penonton disuguhkan dengan visual luar biasa, mulai dari hutan yang dihuni roh, kastil yang melayang di angkasa, hingga anak-anak yang berinteraksi dengan makhluk dunia lain.
Banyak dari dunia dalam film Ghibli terinspirasi oleh mitologi Jepang kuno. Sementara visual lainnya berlatar kota-kota menawan yang memadukan unsur budaya Jepang dan Eropa.
Dengan detail yang luar biasa, setiap latar yang diciptakan mampu membuat penonton merasa seolah-olah tempat-tempat tersebut benar-benar ada.
Tak hanya itu, keindahan alam juga menjadi elemen penting dalam film-film Ghibli.
Hutan rimbun, padang rumput yang diterpa angin, hingga kedalaman laut yang penuh mister, semuanya digambarkan dengan begitu hidup melalui animasi yang kaya akan detail.
Lebih dari sekadar keindahan visual, film-film Ghibli menyampaikan pesan yang mendalam.
Banyak di antaranya mengusung tema lingkungan, menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam serta hidup berdampingan secara harmonis dengannya.
Membangun Karakter yang Kuat
Salah satu ciri khas dari film Ghibli adalah kehadiran tokoh protagonis perempuan yang kuat.
Nausicaä of the Valley of the Wind, karakter perempuan dalam film-film Ghibli selalu menjadi pusat cerita.
Mereka digambarkan sebagai pribadi yang tangguh, petualang, dan penuh tekad.
Baik digambarkan sebagai seorang putri hingga siswi sekolah biasa, para tokoh utama perempuan dalam film Ghibli selalu berjuang keras untuk mempertahankan nilai-nilai yang mereka yakini, menghadapi tantangan dengan keberanian dan keteguhan hati.
Selain menghadirkan karakter yang inspiratif, film Ghibli juga memiliki kemampuan unik dalam menangkap keindahan dari momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya naik kereta atau berbagi makanan dengan orang tercinta.
ma atau "ruang kosong".
Momen-momen ini memberi kesempatan bagi penonton untuk merenungkan emosi yang mereka rasakan, sekaligus membuat adegan aksi terasa lebih dramatis dan berkesan.
Film Ghibli Digambar dengan Tangan
Desain untuk Desa Mononoke dan Irontown.
Studio Ghibli telah dikenal sebagai pelopor animasi tradisional yang digambar dengan tangan.
Proses produksi film di Studio Ghibli biasanya dimulai dengan pembuatan image boards oleh sutradara.
Image boards ini berupa sketsa dan lukisan kasar yang menggambarkan karakter, latar, serta momen-momen penting dalam film.
Meskipun banyak dari gambar ini tidak masuk ke versi akhir film, mereka tetap memainkan peran penting dalam menangkap karakteristik unik tokoh, suasana, dan gaya visual film.
Hal ini menjadi dasar bagi pengembangan cerita serta referensi bagi tim produksi.
Alih-alih menggunakan naskah tertulis, Hayao Miyazaki akan langsung menyusun storyboards, yaitu serangkaian ribuan gambar tangan yang mengisahkan alur film secara visual.
Setiap gambar menggambarkan secara rinci bagaimana adegan akan dibingkai, interaksi antar karakter, hingga ekspresi wajah yang paling halus, memberikan sang sutradara kendali kreatif penuh atas film yang sedang dikerjakan.
Setelah storyboards selesai, para animator mulai menggambar puluhan ribu frame animasi secara individual.
Dibutuhkan antara 8 hingga 24 frame yang digambar tangan untuk menghasilkan satu detik animasi.
Sutradara Hayao Miyazaki tidak hanya berperan sebagai pengawas, tetapi juga secara langsung menggambar ribuan frame untuk film-filmnya.
Meskipun terkenal dengan teknik animasi tradisionalnya, Studio Ghibli juga memanfaatkan teknologi digital secara selektif.
Efek digital dalam film Ghibli sering kali menyatu sempurna dengan animasi tangan dan latar yang dilukis, sehingga tidak mudah dikenali.
Sejak tahun 1990-an, mereka telah mulai mengintegrasikan teknologi ini untuk meningkatkan ekspresi artistik, terutama dalam efek yang sulit dicapai dengan teknik tradisional, seperti distorsi tekstur atau pergerakan kamera yang dinamis.
Baca juga:
Tentang Hayao Miyazaki, Sang Pendiri Ghibli
Ayahnya, Katsuji Miyazaki, menjabat sebagai direktur di perusahaan keluarga yang memproduksi kemudi pesawat tempur selama Perang Dunia II.
Kesuksesan bisnis ini memberikan kestabilan finansial bagi keluarga mereka serta menumbuhkan minat Miyazaki terhadap dunia penerbangan—tema yang sering muncul dalam karyanya.
Setelah meraih gelar di bidang ekonomi dari Universitas Gakushuin, Tokyo, pada 1963, Miyazaki memulai kariernya sebagai animator pemula di Toei Animation, salah satu produsen animasi terbesar di Asia.
Takahata kemudian menjadi sahabat sekaligus mitra bisnisnya, sementara Ota menjadi istrinya.
Selama bekerja di Toei, Miyazaki terlibat dalam berbagai proyek, termasuk serial Wolf Boy Ken (Okami Shonen Ken) serta debut penyutradaraan Takahata, Little Norse Prince (Taiyo no Oji: Horusu no Daiboken, 1968).
Pada tahun 1971, setelah meninggalkan Toei, Miyazaki bersama Takahata berpindah-pindah studio sepanjang dekade 1970-an, mengerjakan berbagai proyek animasi.
Di antara karya-karyanya yang menonjol pada periode ini adalah film pendek Panda! Go Panda! serta film panjang pertamanya sebagai sutradara, Lupin III: Castle of Cagliostro (Rupan Sansei: Kariosutoro no Shiro, 1979).
Gaya khas Miyazaki semakin terlihat dalam Nausicaä of the Valley of the Wind.
Keberhasilan tersebut mendorong Miyazaki dan Takahata untuk membentuk kolaborasi, sehingga pada 1985 mereka mendirikan Studio Ghibli.
Tren AI Bergaya Ghibli Viral, Picu Kekhawatiran Hak Cipta
Belakangan ini, gambar bergaya Studio Ghibli yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI) menjadi tren di internet.
Dilansir dari AFP, Jumat (28/3/2025), gambar-gambar hasil AI ini dengan cepat menjadi viral di berbagai platform media sosial.
CEO OpenAI Sam Altman bahkan ikut meramaikan tren ini dengan mengganti foto profil akun X miliknya menggunakan ilustrasi bergaya Ghibli.
Di tengah maraknya tren ini, sebuah video lama dari tahun 2016 kembali muncul dan menjadi sorotan.
Dalam video tersebut, Hayao Miyazaki secara tegas mengecam teknologi AI yang diperlihatkan oleh stafnya.
"Saya sama sekali tidak ingin memasukkan teknologi ini ke dalam karya saya. Saya merasa ini adalah penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," ujar Miyazaki dalam video tersebut.
Sebenarnya, pengguna ChatGPT sudah bisa menghasilkan gambar sejak beberapa waktu lalu.
Namun, dengan kehadiran versi terbaru yang ditenagai GPT-4o, pengguna kini dapat membuat visual yang lebih kompleks hanya dengan perintah sederhana.
Di sisi lain, OpenAI saat ini tengah menghadapi berbagai tuntutan hukum terkait dugaan pelanggaran hak cipta.
Salah satu tuntutan terbesar datang dari The New York Times, serta gugatan lain yang diajukan oleh seniman, musisi dan penerbit.
Mengenai kontroversi ini, OpenAI menyatakan tetap membatasi pembuatan gambar tertentu.
"Kami tetap membatasi pembuatan gambar dalam gaya artis yang masih hidup, tetapi mengizinkan gaya studio secara umum, yang telah digunakan untuk menghasilkan berbagai karya penggemar yang orisinal dan inspiratif."
Sumber:
- https://web-japan.org/trends/11_culture/pop202501_ghibli.html
- https://www.britannica.com/biography/Miyazaki-Hayao
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram
A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)