Meskipun terkenal dengan teknik animasi tradisionalnya, Studio Ghibli juga memanfaatkan teknologi digital secara selektif.
Efek digital dalam film Ghibli sering kali menyatu sempurna dengan animasi tangan dan latar yang dilukis, sehingga tidak mudah dikenali.
Sejak tahun 1990-an, mereka telah mulai mengintegrasikan teknologi ini untuk meningkatkan ekspresi artistik, terutama dalam efek yang sulit dicapai dengan teknik tradisional, seperti distorsi tekstur atau pergerakan kamera yang dinamis.
Baca juga:
Ayahnya, Katsuji Miyazaki, menjabat sebagai direktur di perusahaan keluarga yang memproduksi kemudi pesawat tempur selama Perang Dunia II.
Kesuksesan bisnis ini memberikan kestabilan finansial bagi keluarga mereka serta menumbuhkan minat Miyazaki terhadap dunia penerbangan—tema yang sering muncul dalam karyanya.
Setelah meraih gelar di bidang ekonomi dari Universitas Gakushuin, Tokyo, pada 1963, Miyazaki memulai kariernya sebagai animator pemula di Toei Animation, salah satu produsen animasi terbesar di Asia.
Takahata kemudian menjadi sahabat sekaligus mitra bisnisnya, sementara Ota menjadi istrinya.
Selama bekerja di Toei, Miyazaki terlibat dalam berbagai proyek, termasuk serial Wolf Boy Ken (Okami Shonen Ken) serta debut penyutradaraan Takahata, Little Norse Prince (Taiyo no Oji: Horusu no Daiboken, 1968).