Bagi Widy, musim gugur menjadi masa yang paling ia nikmati. Udaranya segar, tidak terlalu panas maupun dingin.
Daun berubah warna menjadi keemasan dan suasana lebih tenang.
"Kalau saja Jepang bisa tetap dalam musim gugur selamanya, saya pasti sangat senang," katanya sambil tertawa.
Sebaliknya, musim panas menjadi tantangan besar. Menurutnya, musim panas di Jepang tidak tertahankan terutama tingkat kelembapannya.
Ia merasa seperti "berenang dalam udara panas".
Selain itu, banyak tempat kerja tidak memiliki AC yang cukup kuat.
Ia bekerja di ruangan tertutup dengan ventilasi minim, dalam hitungan menit sudah basah oleh keringat.
Baca juga:
Perubahan musim berdampak pada kehidupan kerja dan rutinitas harian.
Hal kecil seperti berbelanja, mencuci pakaian, atau menjaga kebersihan diri perlu disesuaikan.
"Dalam pekerjaan, tidak banyak perubahan musiman selain pakaian yang kami kenakan. Tetapi di rumah, semuanya berbeda. Saat musim panas, saya harus mencuci pakaian hampir setiap hari karena keringat berlebih. Saya juga lebih sering mandi dengan air dingin untuk mendinginkan tubuh," terang Widy.