"Musim dingin di Tokyo sangat keras. Bukan dalam arti bersalju yang indah, tetapi udaranya yang kering dan dingin menusuk membuat kulit pecah-pecah serta hidung berdarah jika tidak berhati-hati. Suhu bisa turun hingga 0°C atau -3°C," jelas Widy.
"Ditambah angin dingin yang tajam, rasanya seperti ditusuk jarum di wajah. Pemanas dalam ruangan memang kuat, tetapi begitu keluar, angin terasa menusuk. Selain itu, hari yang lebih pendek membuat kerja terasa lebih melelahkan," tambahnya.
Bagi Widy, musim gugur menjadi masa yang paling ia nikmati. Udaranya segar, tidak terlalu panas maupun dingin.
Daun berubah warna menjadi keemasan dan suasana lebih tenang.
"Kalau saja Jepang bisa tetap dalam musim gugur selamanya, saya pasti sangat senang," katanya sambil tertawa.
Sebaliknya, musim panas menjadi tantangan besar. Menurutnya, musim panas di Jepang tidak tertahankan terutama tingkat kelembapannya.
Ia merasa seperti "berenang dalam udara panas".
Selain itu, banyak tempat kerja tidak memiliki AC yang cukup kuat.
Ia bekerja di ruangan tertutup dengan ventilasi minim, dalam hitungan menit sudah basah oleh keringat.