"Aku buka puasa itu sudah di rumah setelah kerja, dan di restoran tempat kerja aku juga enggak bilang kalau aku lagi puasa," katanya.
Ia lebih sering mengandalkan makanan sederhana untuk sahur dan berbuka karena kesibukan dan minimnya waktu untuk memasak.
"Dulu masih sembarangan, sahur cuma makan onigiri atau roti, kadang ditambah susu," ungkapnya.
Baca juga:
Setelah menyelesaikan sekolah bahasanya, Aya mulai bekerja penuh waktu di Namegata, Prefektur Ibaraki.
Di tempat kerja barunya, ia menghadapi tantangan baru dalam menjalani puasa, terutama karena rekan kerjanya tidak familiar dengan Ramadhan.
Aya biasanya makan siang bersama rekan kerjanya.
Namun, selama puasa ia tak melakukannya sampai lambat laun mereka menyadari kebiasaannya tidak makan siang selama sebulan penuh.
“Awalnya mereka tanya, ‘Kok enggak makan siang?’, lama-lama paham kalau aku lagi puasa,” katanya.
Setiap tahun, pertanyaan yang sama selalu muncul dari rekan kerja, terutama tentang larangan makan dan minum selama puasa.
"Setiap tahun pasti ada yang bertanya, ‘Serius, air juga enggak boleh?’ atau ‘Kenapa dihukum sama Tuhan?’," kata Aya sambil tertawa kecil.