Biaya hidup yang tinggi, termasuk dalam hal perumahan dan pendidikan anak, membuat banyak pasangan menunda atau bahkan memilih untuk tidak memiliki anak.
Faktor ketidakstabilan ekonomi serta kurangnya dukungan bagi perempuan di tempat kerja menjadi tantangan yang perlu diatasi untuk mengubah tren demografi Jepang.
Baca juga:
Data awal dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan bahwa angka kelahiran sepanjang 2024 merupakan yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.
Jumlah itu termasuk kelahiran bayi dari warga negara asing yang tinggal di Jepang.
Tren penurunan ini telah berlangsung selama sembilan tahun berturut-turut dan terjadi di seluruh 47 prefektur di Jepang.
Pemerintah Jepang telah berupaya membalikkan tren ini dengan menerapkan berbagai insentif finansial dan kebijakan untuk mendorong angka kelahiran.
Namun, hingga saat ini, kebijakan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan jumlah kelahiran.
Sementara itu, jumlah bayi yang lahir dari warga negara Jepang pada 2024 diperkirakan akan turun di bawah 700.000, dengan data resminya akan dirilis oleh kementerian pada bulan Juni.
Di sisi lain, angka kematian di Jepang terus meningkat. Pada tahun 2024, jumlah kematian mencapai 1.618.684 jiwa, naik sebesar 1,8 persen atau sebanyak 28.181 dari tahun sebelumnya.
Jepang mencatat penurunan populasi tahunan terbesar yang pernah terjadi dengan angka kelahiran yang terus menurun dan jumlah kematian yang semakin tinggi.