Oleh karena itu, penurunan jumlah pernikahan berdampak langsung pada berkurangnya jumlah bayi yang lahir setiap tahunnya.
Selain itu, faktor lain yang turut berkontribusi terhadap menurunnya angka kelahiran adalah meningkatnya usia pernikahan pertama serta ketidakpastian ekonomi.
Biaya hidup yang tinggi, termasuk dalam hal perumahan dan pendidikan anak, membuat banyak pasangan menunda atau bahkan memilih untuk tidak memiliki anak.
Faktor ketidakstabilan ekonomi serta kurangnya dukungan bagi perempuan di tempat kerja menjadi tantangan yang perlu diatasi untuk mengubah tren demografi Jepang.
Baca juga:
Data awal dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan bahwa angka kelahiran sepanjang 2024 merupakan yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899.
Jumlah itu termasuk kelahiran bayi dari warga negara asing yang tinggal di Jepang.
Tren penurunan ini telah berlangsung selama sembilan tahun berturut-turut dan terjadi di seluruh 47 prefektur di Jepang.
Pemerintah Jepang telah berupaya membalikkan tren ini dengan menerapkan berbagai insentif finansial dan kebijakan untuk mendorong angka kelahiran.
Namun, hingga saat ini, kebijakan tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan jumlah kelahiran.