Setiap bahasa punya cara unik untuk menyampaikan ketidakpastian, entah lewat kata-kata tertentu, aturan tata bahasa, atau nuansa halus dalam percakapan.
Bahasa Jepang juga begitu ada banyak kosakata yang artinya "mungkin" atau menunjukkan ketidakpastian.
Tapi waktu pertama kali saya bekerja dengan orang Jepang, saya cukup kaget melihat betapa seringnya mereka menggunakan kosakata itu dan bagaimana perbedaannya bisa begitu tipis.
Dari situ, saya jadi makin penasaran dan ingin berbagi pengalaman serta wawasan saya pembaca Ohayo Jepang.
Sebagai seseorang yang belajar bahasa Jepang langsung dari percakapan sehari-hari, saya sering bingung dengan banyaknya cara mengekspresikan kemungkinan atau ketidakpastian.
Bukan cuma soal menghafal kosakata, melainkan juga memahami perbedaan tipis di antara mereka dan kapan sebaiknya digunakan.
Kalau dalam bahasa Inggris ada kosakata seperti maybe, perhaps, probably, likely, dan possibly; Bahasa Jepang ternyata punya lebih banyak lagi dan terasa lebih rumit.
Menyampaikan ketidakpastian dalam Bahasa Jepang bukan sekadar soal pilihan kata melainkan juga erat kaitannya dengan budaya.
Misalnya, frasa seperti 僕は行くかも (Boku wa iku kamo, "Aku mungkin pergi") atau できると思う (Dekiru to omou, "Aku pikir aku bisa melakukannya") sering dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Kedengarannya sederhana, tapi sebenarnya frasa itu lebih sering bermakna "mungkin" atau "bisa jadi" daripada pernyataan yang benar-benar pasti.
Kenapa begitu?
Menurut penelitian dari University of Salamanca, orang Jepang cenderung menggunakan bahasa yang samar atau bernuansa kemungkinan.
Bukan karena mereka suka dengan ambiguitas, tapi demi menjaga kesopanan dan keharmonisan dalam berkomunikasi.
Mereka bisa mengurangi risiko menyinggung perasaan orang lain atau menciptakan konflik dengan menghindari ucapan yang terlalu tegas atau langsung.
Selain itu, cara berbicara yang tidak terlalu lugas ini juga bisa menjadi strategi halus untuk menolak sesuatu tanpa terkesan kasar, sehingga kedua belah pihak tetap bisa menjaga ekspresi muka.
Baca juga:
Setelah banyak mengamati dan berdiskusi dengan rekan kerja saya, saya telah mengidentifikasi lima ekspresi ketidakpastian yang umum digunakan dalam Bahasa Jepang.
Berikut adalah penjelasannya beserta makna dan penggunaannya:
Makna: "Mungkin"
Tingkat Kepastian: 60-70 persen
Ini adalah cara paling sederhana dan umum untuk mengatakan "mungkin" dalam bahasa Jepang.
Tabun adalah padanan yang paling mendekati kata "maybe" dalam Bahasa Inggris dan sering digunakan dalam percakapan santai.
Namun, kata ini jarang digunakan dalam tulisan formal atau lingkungan profesional.
Kanji 多 (ta) berarti "banyak," memberi kesan kemungkinan yang cukup tinggi, sekitar 60-70 persen.
Contoh:
多分行けると思う。
(Tabun ikeru to omou.)
"Aku pikir aku mungkin bisa pergi."
Makna: "Bisa jadi" atau "Mungkin saja"
Tingkat Kepastian: 40-50 persen
Secara harfiah, frasa ini berarti "mungkin tidak tahu," tetapi dalam penggunaannya, frasa ini menunjukkan tingkat kepastian yang lebih rendah dibandingkan tabun.
Ungkapan ini sering terdengar dalam percakapan, terutama dalam lingkungan kerja atau rapat.
Versi yang lebih pendek dan santai adalah kamo (かも), tetapi jangan salah mengartikannya dengan kata kamo yang juga berarti "bebek" dalam bahasa Jepang.
Contoh:
雨が降るかもしれない。
(Ame ga furu kamoshirenai.)
"Hujan mungkin turun."
Makna: "Kemungkinan besar"
Tingkat Kepastian: 70-90 persen
Awalnya, saya mengira osoraku menunjukkan ketidakpastian yang rendah, tetapi ternyata kata ini justru menyiratkan kemungkinan yang cukup tinggi, mirip dengan "likely" dalam bahasa Inggris.
Kata ini sering digunakan dalam konteks yang lebih formal atau sopan dan biasanya didasarkan pada logika atau pengetahuan umum.
Kanji 恐 (osoru) berarti "takut," yang mencerminkan sikap hati-hati dalam membuat pernyataan.
Contoh:
恐らく彼は来るでしょう。
(Osoraku kare wa kuru deshou.)
"Dia kemungkinan besar akan datang."
Makna: "Ada kemungkinan"
Tingkat Kepastian: Bervariasi
Frasa ini lebih formal dan dapat dimodifikasi untuk menunjukkan tingkat kemungkinan yang berbeda. Contohnya:
Ungkapan ini sering digunakan dalam konteks profesional atau akademik untuk membahas kemungkinan dengan cara yang netral dan objektif.
Contoh:
それが成功する可能性がある。
(Sore ga seikou suru kanousei ga aru.)
"Ada kemungkinan itu akan berhasil."
Makna: "Bagaimana jika" atau "Bisa jadi"
Tingkat Kepastian: 30-50 persen
Frasa ini sering digunakan untuk memperkenalkan situasi hipotetis atau menyatakan ketidakpastian dengan cara yang lebih lembut dan tidak langsung.
Moshikashitara juga dapat digabungkan dengan kata-kata probabilistik lainnya untuk menambah nuansa.
Contoh:
もしかしたら、できるかもしれない。
(Moshikashitara, dekiru kamoshirenai.)
"Bisa jadi, aku mungkin bisa melakukannya."
Baca juga:
Bagi orang Jepang, pemilihan frasa ini sering kali tergantung pada kebiasaan atau selera pribadi.
Tidak ada aturan baku dan maknanya bisa sedikit berbeda tergantung siapa yang bicara dan dalam konteks apa.
Jadi, kamu nggak perlu terlalu pusing mencari kata yang "paling benar."
Lebih baik fokus mempelajari berbagai variasinya dan perhatikan bagaimana orang Jepang menggunakannya dalam percakapan sehari-hari.
Dengan meniru cara mereka berbicara, lama-lama kamu juga akan terbiasa.
Bahasa Jepang punya banyak cara untuk mengekspresikan ketidakpastian, masing-masing dengan nuansa yang berbeda.
Awalnya mungkin terasa membingungkan, tapi justru ini kesempatan bagus untuk memahami bahasa dan budaya Jepang lebih dalam.
Kamu akan lebih lancar berbahasa Jepang sekaligus memahami konsep kesopanan dan harmoni memengaruhi cara orang Jepang berkomunikasi dengan mempelajari dan mempraktikkan frasa itu.
Jadi, jangan ragu buat coba pakai kata-kata ini dalam percakapanmu.
Belajar bahasa itu soal latihan dan eksperimen. Siapa tahu, tiba-tiba saja kamu sudah terdengar seperti orang Jepang asli!
Sumber: University of Salamanca (https://dialnet.unirioja.es/descarga/articulo/6278008.pdf)
View this post on Instagram