Massa udara dingin yang kuat telah menyebabkan hujan salju lebat di berbagai wilayah Jepang, terutama di sisi Laut Jepang, seperti melansir Xinhua pada Sabtu (22/2/2025).
Beberapa daerah melaporkan akumulasi salju yang jauh melebihi rata-rata musiman.
Prefektur Ishikawa mencatat hujan salju terberat dalam sejarah pada Sabtu (22/2/2025).
Kota Wajima mengalami penumpukan salju hingga 27 cm dalam enam jam, menyamai rekor sebelumnya yang tercatat pada Desember 2023, menurut laporan penyiar nasional NHK.
Selain Ishikawa, beberapa daerah lain juga mengalami tingkat akumulasi salju yang ekstrem.
Misalnya saja di Tsunan, Prefektur Niigata yang mengalami penumpukan salju mencapai 3,69 meter.
Sementara itu, salju menumpuk hingga 3,23 meter di Hijiori, Prefektur Yamagata.
Baca juga:
Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa pola tekanan musim dingin akan terus bertahan, menyebabkan hujan salju berlanjut.
Hingga Minggu malam (23/2/2025), Prefektur Niigata diperkirakan akan dihujani salju yang menambah ketebalan sampai 60 cm.
Sementara itu, wilayah Tohoku, Hokuriku, dan Kinki masing-masing diprediksi mengalami akumulasi salju hingga 50 cm, 40 cm, dan 30 cm.
Daerah yang biasanya kurang terdampak, seperti bagian tengah Kinki dan Shikoku, juga diperkirakan akan mengalami hujan salju.
Di Jepang utara, warga berlindung dari salju tebal yang menutupi atap rumah pada Kamis (20/2/2025) setelah dua minggu diterjang badai salju.
Berdasarkan kantor berita AFP pada Kamis, beberapa kota mencatat rekor hujan salju bulan ini yang menyebabkan gangguan lalu lintas dan sejumlah korban jiwa.
Seorang warga di daerah terpencil Sukayu, Prefektur Aomori, menyatakan bahwa ia belum pernah melihat kondisi salju seperti ini dalam sepuluh tahun tinggal di sana.
"Jika melihat volume salju per hari, tidak ada satu pun momen yang benar-benar menonjol. Tapi salju terus menumpuk sedikit demi sedikit," ujarnya dalam wawancara dengan jaringan televisi TBS yang disiarkan pada Kamis.
Menurut Badan Meteorologi Jepang, Sukayu kini tertimbun salju setinggi lima meter, mencapai atap bangunan dua lantai.
Laporan dari Aomori menyebutkan bahwa peringatan badai salju akan dikeluarkan bila awan salju tetap berada di lokasi yang sama.
Baca juga:
Walau hujan salju berlangsung di Niigata pekan lalu, wisatawan di salah satu resor ski tetap menikmati salju di lereng, meskipun mereka kesulitan menghadapi ketebalan salju.
Kendaraan perawatan jalan dan pemilik hotel bekerja keras membersihkan salju dari pagi hingga malam.
Akumulasi salju yang tinggi juga menyebabkan gangguan pada lalu lintas.
Ratusan kendaraan terjebak selama berjam-jam di berbagai titik jalan raya yang tertutup salju dalam beberapa hari terakhir.
Dampak salju ekstrem ini juga menelan korban jiwa.
Prefektur Aomori melaporkan setidaknya sembilan kematian akibat salju musim dingin ini. Enam orang di antaranya meninggal saat menyekop salju dari atap rumah.
Prefektur Niigata juga mencatat setidaknya 12 korban jiwa terkait salju.
Tiga pekerja resor pegunungan terpencil ditemukan tewas pada Selasa (18/2/2025) di Prefektur Fukushima.
Mereka tampaknya menyeberangi gunung bersalju untuk melakukan perawatan di sumber mata air panas, menurut laporan media lokal.
Polisi sedang menyelidiki apakah kematian tersebut terkait dengan konsentrasi tinggi gas hidrogen sulfida beracun yang diketahui ada di sekitar kawasan vulkanik.
Laporan menyebutkan bahwa tumpukan salju bisa saja menjebak gas di sekitar sumber mata air panas.
Badan Meteorologi Jepang mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan gangguan transportasi serta risiko longsoran salju.
Pasalnya, hujan salju diperkirakan akan terus berlangsung secara berkala hingga Senin (24/2/2025).
View this post on Instagram