Model awalnya dari kanvas, tapi lama-kelamaan randoseru berbahan kulit mulai populer di kalangan keluarga kaya.
Seiring meningkatnya kesejahteraan masyarakat Jepang sejak 1960-an, randoseru jadi tas standar buat anak SD.
Gakushuin, sekolah di Tokyo yang berdiri sejak 1877, adalah salah satu pelopor penggunaan randoseru di dunia pendidikan.
Sekolah ini didirikan dengan prinsip kesetaraan di dalam kelas. Aturannya menyatakan bahwa siswa tidak boleh memanfaatkan latar belakang keluarganya.
Pada 1885, sekolah ini melarang siswa datang dengan kereta kuda atau meminta pekerja keluarga mereka membawakan tas.
Sebagai solusinya, sekolah ini mengenalkan tas ransel militer yang bisa dipakai di punggung, supaya tangan tetap bebas.
Lantas, Perdana Menteri Hirobumi Ito memberi randoseru ke Pangeran Yoshihito (yang nantinya jadi Kaisar Taisho) pada 1887 yang bersekolah di Gakushuin.
Sejak saat itu, randoseru yang tadinya cuma bagian dari seragam satu sekolah mulai dikenal luas dan jadi bagian dari budaya pendidikan Jepang.
Meski randoseru sekarang sudah melekat di kehidupan anak sekolah di Jepang, enggak ada aturan resmi dari pemerintah yang mewajibkan penggunaannya.
Beberapa dewan pendidikan daerah, seperti di Shibuya, Tokyo, memang menyarankan pemakaian randoseru buat alasan keamanan, tapi keputusan akhir tetap di tangan anak dan orang tua.