Buat yang sering nonton anime atau baca manga, pasti sudah tidak asing dengan adegan dua karakter yang berboncengan sepeda sepulang sekolah.
Momen seperti ini sering digambarkan sebagai sesuatu yang romantis dan penuh nostalgia.
Tapi, kalau kamu ke Jepang dan berharap bisa melakukan futari nori (bersepeda berdua di satu sepeda), siap-siap kecewa!
Bersepeda menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Jepang untuk kerja, belanja, atau sekadar jalan-jalan.
Namun, kenyataannya, futari nori sangat jarang terlihat.
Kenapa bisa begitu? Jawabannya sederhana: ada aturan yang melarangnya!
Baca juga:
Banyak lagu dan adegan anime menggambarkan futari nori sebagai sesuatu yang romantis dan penuh makna.
Salah satunya, lagu Bersepeda Berdua dari JKT48, yang merupakan adaptasi dari Futari nori Jitensha milik AKB48.
"Tanpa menoleh ke bangku belakang sepeda yang kita naiki bersama, aku berbisik pelan, 『Ah, mungkin bagimu, aku hanya teman sekelas yang pulang di jalur yang sama』." (Akimoto Yasushi)
Lirik ini menciptakan gambaran klasik dua anak sekolah yang berboncengan dalam perjalanan pulang, penuh dengan perasaan yang tak terungkapkan.
Dalam anime, adegan bersepeda berdua juga sering muncul, seperti di Boku no Kokoro no Yabai Yatsu, di mana karakter utama ingin terus bersepeda berdua tetapi harus berhenti karena aturan.
Ini adalah contoh bagaimana anime sering mencampurkan fantasi dengan realitas hukum di Jepang.
Jepang dikenal dengan sistem transportasi rapi dan aturan ketat, termasuk dalam hal bersepeda.
Jalur sepeda, tempat parkir, dan layanan penyewaan sepeda tersedia hampir di setiap kota besar.
Namun, ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah larangan berboncengan sepeda.
Berdasarkan Road Traffic Act, membawa penumpang tambahan di sepeda dianggap berbahaya karena bisa mengganggu keseimbangan dan meningkatkan risiko kecelakaan.
Aturan ini berlaku di seluruh Jepang dan diawasi ketat oleh polisi lalu lintas.
Namun, ada beberapa pengecualian. Anak-anak di bawah enam tahun boleh dibonceng, asalkan menggunakan kursi khusus yang memenuhi standar keselamatan.
Sepeda tandem diperbolehkan di beberapa lokasi wisata tertentu, seperti Kyoto, yang memiliki jalur khusus untuk itu.
Selain larangan futari nori, aturan bersepeda lain yang wajib diikuti di Jepang.
Aturan itu meliputi wajib menyalakan lampu sepeda saat malam hari, dilarang bersepeda sambil memegang payung, dan tidak boleh menggunakan ponsel atau headphone saat bersepeda.
Mungkin terasa ketat, tapi aturan ini dibuat untuk menjaga keselamatan semua pengguna jalan.
Selain aturan resmi, ada juga norma sosial yang harus dipatuhi saat bersepeda di Jepang. Salah satunya adalah soal parkir sepeda.
Di Jepang, sembarangan memarkir sepeda bisa dianggap tidak sopan karena bisa menghalangi pejalan kaki atau pengendara lain.
Itulah sebabnya banyak stasiun dan pusat perbelanjaan menyediakan tempat parkir sepeda khusus.
Hal unik lainnya adalah penggunaan bel sepeda. Kalau di negara lain bel sering digunakan untuk meminta jalan, di Jepang justru jarang dipakai.
Kebanyakan pesepeda lebih memilih menunggu atau mencari jalur lain daripada membunyikan bel, karena dianggap kurang sopan.
Kecepatan juga jadi perhatian penting.
Banyak jalur pejalan kaki yang juga digunakan untuk bersepeda, pesepeda diharapkan menjaga kecepatan agar tidak membahayakan orang lain.
Saya sendiri pernah melihat kejadian hampir tabrakan antara seorang anak kecil dan pesepeda yang melaju terlalu cepat.
Momen itu jadi pengingat bahwa menjaga kesadaran dan kehati-hatian sangat penting saat bersepeda di Jepang.
Buat saya, bersepeda di Jepang adalah pengalaman yang menyenangkan. Jalurnya nyaman dan aman, plus ada banyak pilihan rute menarik.
Kalau ingin suasana santai, taman kota di Tokyo jadi tempat yang pas untuk bersepeda.
Sementara itu, kalau ingin merasakan energi kota yang sibuk, menjelajahi Shibuya dan Shinjuku dengan sepeda bisa jadi pengalaman seru.
Tapi, favorit saya tetap jalur tepi sungai di Tokyo. Ada beberapa rute yang saya rekomendasikan, seperti Arakawa, Sumida, Edogawa, dan Chidorigafuchi.
Jalur-jalur ini menawarkan pemandangan indah, dengan fasilitas seperti bangku, vending machine, dan taman kecil di sepanjang rute.
Salah satu pengalaman paling berkesan adalah saat bersepeda di sepanjang Sungai Arakawa saat matahari terbenam.
Cahaya oranye keemasan yang terpantul di permukaan air, suara gemericik sungai, dan deru kereta yang melintas di kejauhan menciptakan suasana menenangkan.
Berboncengan sepeda alias futari nori mungkin terlihat romantis di anime dan manga, tapi di dunia nyata, aturan ketat membuatnya hampir mustahil dilakukan.
Meski begitu, budaya bersepeda di Jepang tetap menarik untuk dijelajahi.
Bersepeda di Jepang bukan hanya sekadar alat transportasi, tapi juga cara menikmati kota dengan cara yang berbeda.
Dari hiruk-pikuk perkotaan hingga jalur-jalur tepi sungai yang damai, setiap perjalanan dengan sepeda selalu punya cerita tersendiri.
Jadi, kalau suatu saat kamu bersepeda di Jepang, jangan coba-coba futari nori, ya!
Nikmati pengalaman bersepeda sesuai aturan, dan temukan sisi lain Jepang yang mungkin belum pernah kamu bayangkan.
Ulasan di atas disampaikan oleh Hoshimachi Yozora, WNI yang kerja di Tokyo. Ia suka menonton Anime, bermain game, dan menjelajahi tempat kurang terkenal di Tokyo, terutama lokasi yang ditampilkan dalam Anime.
Konten ini disediakan oleh Karaksa Media Partner (Januari 2025)
View this post on Instagram