Work-life balance adalah konsep penting yang berfokus pada keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Dalam pengalaman saya, memiliki keseimbangan ini memberikan dampak besar pada cara saya bekerja sekaligus menjaga kesejahteraan diri.
Di perusahaan tempat saya bekerja saat ini, konsep ini bukan hanya teori, melainkan diterapkan secara nyata melalui berbagai kebijakan fleksibilitas kerja.
Salah satu keuntungan utama dari pekerjaan saya saat ini adalah fleksibilitas jam kerja. Kami bisa memulai hari kapan saja, asalkan menyelesaikan sembilan jam kerja.
Misalnya, jika ada rapat pukul 9 pagi, saya memastikan datang lebih awal. Namun, di hari lain, saya bisa memulai lebih siang sesuai kebutuhan.
Dengan kebijakan ini, saya bisa merencanakan hari dengan lebih baik dan mengurangi stres akibat tekanan jam kerja yang kaku.
Selain itu, kami juga diberikan kebebasan untuk bekerja dari rumah, kantor cabang, atau tempat yang sesuai dengan kebutuhan.
Sementara itu, karyawan baru diwajibkan bekerja di kantor terlebih dahulu agar terbiasa dengan lingkungan dan budaya kerja.
Namun, saat terjadi kondisi darurat, seperti bencana alam, perusahaan memprioritaskan keselamatan dengan memungkinkan karyawan bekerja dari rumah.
Meski fleksibilitas adalah keuntungan besar, tanggung jawab tetap menjadi prioritas.
Karyawan tetap diwajibkan menyelesaikan tugas sesuai tenggat waktu, di mana pun lokasi kerja mereka.
Kebijakan ini memastikan bahwa kebebasan dalam bekerja tidak mengurangi kualitas output.
Baca juga:
Keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi ini memberikan dampak positif pada produktivitas saya. Berikut adalah manfaat yang saya rasakan:
Dengan kebebasan mengatur jadwal sendiri, saya bisa fokus pada pekerjaan tanpa merasa terbebani oleh tekanan waktu.
Fleksibilitas jam kerja membantu saya mengatur beban kerja secara merata, sehingga saya terhindar dari kelelahan berlebihan. Saat bekerja dari rumah di kondisi darurat, saya tidak perlu khawatir tentang perjalanan yang berisiko.
Merasa dipercaya oleh perusahaan meningkatkan semangat dan motivasi saya untuk memberikan yang terbaik.
Sebelum bekerja di Jepang, saya bekerja di perusahaan di Indonesia yang menerapkan sistem jam kerja tetap.
Hari kerja dimulai pukul 8 pagi, dan presensi menggunakan sidik jari menjadi keharusan.
Jika terlambat lebih dari 15 menit, tunjangan harian dipotong. Sistem ini memberikan waktu toleransi 15 menit, tetapi tetap terasa menekan.
Selain itu, tidak ada opsi untuk bekerja dari rumah, sehingga karyawan harus hadir di kantor dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.
Kondisi ini sangat menyulitkan, terutama saat terjadi keadaan darurat atau ketika kebutuhan pribadi membutuhkan fleksibilitas.
Akibat dari sistem kerja yang kaku ini, rutinitas menjadi monoton dan kerap memicu burnout.
Tanpa adanya fleksibilitas, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi tantangan besar.
Sebelum pindah ke Jepang, saya memiliki persepsi bahwa sebagian besar perusahaan di Jepang adalah "black company" (ブラック企業).
Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perusahaan dengan jam kerja panjang dan kondisi kerja yang buruk.
Namun, pengalaman saya membuktikan bahwa tidak semua perusahaan di Jepang seperti itu.
Perusahaan tempat saya bekerja, misalnya, mendukung kesejahteraan karyawan dengan memberikan fleksibilitas kerja.
Mereka memahami bahwa keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya kerja di Jepang sedang berkembang ke arah yang lebih baik. Banyak perusahaan mulai meninggalkan praktik kerja tradisional yang kaku.
Meskipun stereotip tentang "black company" di Jepang ada karena alasan tertentu, penting untuk diingat bahwa tidak semua perusahaan di Jepang beroperasi dengan cara tersebut.
Banyak perusahaan yang berpikiran maju dan memahami pentingnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Pengalaman saya di perusahaan saat ini membuktikan bahwa keseimbangan ini berdampak besar, baik pada kinerja saya di tempat kerja maupun pada kualitas hidup saya secara keseluruhan.
Kebijakan yang mendukung keseimbangan ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya menguntungkan karyawan tetapi juga perusahaan secara keseluruhan.
Perusahaan yang peduli pada kesejahteraan karyawannya dapat membangun budaya kerja yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Ulasan di atas disampaikan oleh Ai Rai yang menyukai drama, film, novel, dan komik. Komik favorit mereka sepanjang masa adalah Detective Conan.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (November 2024)
View this post on Instagram