Jika terlambat lebih dari 15 menit, tunjangan harian dipotong. Sistem ini memberikan waktu toleransi 15 menit, tetapi tetap terasa menekan.
Selain itu, tidak ada opsi untuk bekerja dari rumah, sehingga karyawan harus hadir di kantor dari pukul 8 pagi hingga 5 sore.
Kondisi ini sangat menyulitkan, terutama saat terjadi keadaan darurat atau ketika kebutuhan pribadi membutuhkan fleksibilitas.
Akibat dari sistem kerja yang kaku ini, rutinitas menjadi monoton dan kerap memicu burnout.
Tanpa adanya fleksibilitas, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi tantangan besar.
Sebelum pindah ke Jepang, saya memiliki persepsi bahwa sebagian besar perusahaan di Jepang adalah "black company" (ブラック企業).
Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan perusahaan dengan jam kerja panjang dan kondisi kerja yang buruk.
Namun, pengalaman saya membuktikan bahwa tidak semua perusahaan di Jepang seperti itu.
Perusahaan tempat saya bekerja, misalnya, mendukung kesejahteraan karyawan dengan memberikan fleksibilitas kerja.