Di Jepang, kecepatan kerja dan kedisiplinan sangat dihargai, dan seringkali tuntutan untuk bekerja cepat dan tepat bisa terasa membebani.
Namun, Ifah tidak menyerah. Ia berusaha untuk tetap menjaga semangat positifnya, meskipun kadang merasa lelah atau tertekan.
“Bekerja di Jepang itu benar-benar menguji fisik dan mental. Tetapi saya juga belajar banyak, terutama tentang pentingnya menjaga hubungan baik dengan rekan kerja. Saya berusaha menjadi orang yang proaktif, selalu membantu, dan tidak ragu untuk meminta maaf jika saya melakukan kesalahan,” kata Ifah.
Jika di Indonesia, mungkin ia bisa lebih santai dalam bekerja, di Jepang Ifah belajar bahwa kerjasama tim dan sikap rendah hati adalah kunci utama untuk bertahan dan berkembang.
Salah satu hal yang tidak bisa dihindari oleh Ifah adalah rasa rindu rumah. Jauh dari keluarga dan budaya yang ia kenal, kadang Ifah merasa kesepian.
Namun, seperti banyak pekerja asing lainnya, ia menemukan cara untuk menghadapi rasa rindu tersebut.
Salah satunya adalah dengan memasak makanan yang biasa dimasak oleh ibunya di Indonesia.
“Ketika saya kangen rumah, saya coba masak makanan yang sering dibuat ibu. Meskipun rasanya tidak sama persis, setidaknya itu sedikit mengobati kerinduan saya,” kata Ifah, mengenang kenangan manis dari rumah.
Selain itu, Ifah juga merasa beruntung karena banyak bahan makanan di Jepang yang ia butuhkan untuk memasak masakan Indonesia, terutama rempah-rempah.
Meskipun rasanya mungkin sedikit berbeda, ia tetap bisa menemukan kenyamanan dalam masakan yang familiar.