Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Top Lists

Terbuat dari Fermentasi Beras Khusus dan Koji, Inilah Sake Jepang yang Mendunia

Kompas.com - 05/12/2024, 20:57 WIB

Sake dan shochu, minuman beralkohol khas Jepang ini termasuk ke daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Simak ulasan mengenai sake mulai dari sejarah, pembuatan, jenis, sampai perannya dalam kehidupan dan tradisi sehari-hari melansir kantor berita AFP pada Kamis (5/12/2024).

Baca juga: Mengenal Sake, Minuman Fermentasi Beras asal Jepang yang Mendunia

Sejarah sake

Dalam catatan dari China abad ke-3 yang menggambarkan bahwa orang Jepang menyukai alkohol, dipercaya bahwa orang Jepang mulai menyeduh beras dengan cara sederhana sekitar 2.000 tahun yang lalu.

Menurut Asosiasi Pembuat Sake dan Shochu Jepang, istana kekaisaran memiliki departemen untuk mengawasi pembuatan sake dan penggunaannya dalam ritual pada sekitar 1000 M.

Teknik pembuatan sake multi-tahap yang masih digunakan hingga saat ini diperkirakan telah ada sekitar tahun 1700-an.

Saat ini, ada sekitar 1.400 pabrik sake di Jepang.

Shochu, yang juga ditambahkan ke daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada Rabu (4/12/2024), adalah minuman beralkohol yang disuling dari berbagai bahan seperti ubi jalar, terutama di Jepang barat daya.

Tong berisi sake yang sedang difermentasi di sebuah pabrik sake di Prefektur Saga, Jepang.
Tong berisi sake yang sedang difermentasi di sebuah pabrik sake di Prefektur Saga, Jepang.

Pembuatan sake

Sake lebih kuat dari bir atau wine yang terbuat dari anggur, tetapi lebih lemah dari shochu.

Sake terbuat dari fermentasi beras khusus berbulir lebih besar dan lebih bulat daripada varietas yang dimakan sehari-hari.

Pertama, bulir-bulir tersebut dipoles untuk menghilangkan lapisan luar, sehingga terlihat inti putih yang menyerap air dan kaya akan pati.

Pembuat sake mencuci, merendam, dan mengukus beras itu kemudian diberi jamur khusus di atasnya yang disebut koji.

Mereka kemudian mencampurnya dengan air dan ragi untuk membuat starter.

Menambahkan lebih banyak beras kukus dan air beberapa kali memicu dua jenis reaksi kimia dalam satu tong.

Reaksi itu mengubah pati menjadi gula dan gula menjadi alkohol. Proses ini lebih rumit daripada membuat wine dari anggur yang kaya gula.

Baca juga: Sake, Minuman Fermentasi Khas Jepang yang Mengandung Alkohol

Deretan sake di pabrik dan toko sake di Prefektur Saga, Jepang.
Deretan sake di pabrik dan toko sake di Prefektur Saga, Jepang.

Apa itu koji?

Koji adalah jamur dari bakteri yang ditemukan di negara-negara Asia yang lembap.

Jamur ini merupakan elemen penting dalam masakan Jepang. Tidak hanya digunakan untuk membuat sake, melainkan juga miso, kecap asin, dan makanan lainnya.

Genus yang ditetapkan sebagai jamur nasional Jepang disebut Aspergillus oryzae yang juga dikenal sebagai koji-kabi.

"Selama lebih dari seribu tahun, para pembuat sake memilih dan membudidayakan jenis jamur terbaik dari semua jamur liar yang ada di luar sana," kata Taku Takahashi dari pabrik sake Toshimaya Shuzo di Tokyo, kepada AFP.

Pembuatan sake seperti yang kita kenal sekarang, di mana manusia campur tangan untuk memicu fermentasi, dikembangkan setelah banyak sekali kegagalan.

Jenis sake

Secara umum, ada dua jenis sake yaitu terbuat murni dari beras dan yang lainnya dicampur dengan alkohol suling.

Semakin tinggi tingkat pemolesan biji-bijian, semakin manis dan kering sake tersebut.

Varietas yang lebih dipoles membutuhkan lebih banyak beras cenderung lebih mahal.

Namun, beberapa ahli gastronomi menghargai jenis yang kurang dipoles karena rasanya yang kaya dan lembut.

Pabrik sake menyesuaikan cita rasanya dengan hidangan lokal.

Misalnya di dekat Samudra Pasifik, sake kering diproduksi untuk dipadukan dengan ikan berdaging merah seperti tuna dan bonito.

Ilustrasi sake dalam kemasan khusus.
Ilustrasi sake dalam kemasan khusus.

Konsumsi sake

Sake memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Jepang misalnya pada acara pernikahan dan pemakaman.

Sake juga diminum untuk menandai pembukaan toko dan kemenangan pemilu atau sekadar mengatakan "kampai" yang berarti "sulang" di pub Jepang.

Secara tradisional, tiga persembahan ritual diberikan kepada banyak dewa agama Shinto Jepang: beras, kue beras, dan sake.

Pada acara pernikahan Shinto, kedua mempelai minum sake dari cangkir porselen yang sama untuk melambangkan persatuan mereka.

Pabrik sake menggantung daun cedar di luar yang berubah warna dari hijau menjadi cokelat, menandai serta memberi tahu pelanggan saat sake baru siap pada awal musim dingin.

Konsumsi sake telah menurun drastis di Jepang selama 50 tahun, karena minuman lain seperti bir dan wine menjadi lebih populer.

Kementerian Pertanian Jepang mengatakan bahwa konsumsi sake pada 2023 sebanyak 390 juta liter, turun dari 1,7 miliar liter daripada 1973.

Namun, ekspor sake meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2011. Sekarang sake dibuat hingga ke Selandia Baru, Perancis, dan Amerika Serikat.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.