Semakin tinggi tingkat pemolesan biji-bijian, semakin manis dan kering sake tersebut.
Varietas yang lebih dipoles membutuhkan lebih banyak beras cenderung lebih mahal.
Namun, beberapa ahli gastronomi menghargai jenis yang kurang dipoles karena rasanya yang kaya dan lembut.
Pabrik sake menyesuaikan cita rasanya dengan hidangan lokal.
Misalnya di dekat Samudra Pasifik, sake kering diproduksi untuk dipadukan dengan ikan berdaging merah seperti tuna dan bonito.
Sake memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Jepang misalnya pada acara pernikahan dan pemakaman.
Sake juga diminum untuk menandai pembukaan toko dan kemenangan pemilu atau sekadar mengatakan "kampai" yang berarti "sulang" di pub Jepang.
Secara tradisional, tiga persembahan ritual diberikan kepada banyak dewa agama Shinto Jepang: beras, kue beras, dan sake.
Pada acara pernikahan Shinto, kedua mempelai minum sake dari cangkir porselen yang sama untuk melambangkan persatuan mereka.
Pabrik sake menggantung daun cedar di luar yang berubah warna dari hijau menjadi cokelat, menandai serta memberi tahu pelanggan saat sake baru siap pada awal musim dingin.