Pernahkah kamu diberi tahu bahwa jika meminjam mobil seseorang, kamu harus mengembalikannya dengan tangki bensin penuh?
Contoh lain, kamu harus tampil menarik di kantor, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan juga menjaga suasana menyenangkan bagi semua orang di sekitar?
Nah, hari ini, kita akan membahas sebuah konsep yang telah menjadi bagian penting masyarakat Jepang yaitu omoiyari.
Kata yang sangat berharga ini memiliki kekuatan, menggabungkan kasih sayang, simpati, kesadaran, dan keramahtamahan menjadi satu paket yang apik.
Meskipun kita akan membahas beberapa konsep budaya yang menarik, ingatlah bahwa tidak semua orang di Jepang atau Indonesia akan cocok dengan deskripsi ini dengan sempurna.
Orang sangat beragam, dan norma budaya dapat sangat bervariasi bahkan di dalam satu negara. Jadi, terima ini dengan sedikit keraguan dan sedikit rasa ingin tahu!
Baca juga: Omoiyari, Konsep Kasih Sayang dan Empati Terhadap Orang Lain ala Jepang
Omoiyari (思いやり) secara harfiah berarti "perhatian"
Ini semua tentang bersikap penuh perhatian terhadap orang di sekitar. Jika kamu memiliki bakat untuk berpikir melampaui diri sendiri, selamat!
Kamu sedang dalam perjalanan untuk mendapatkan gelar terhormat sebagai orang omoiyari.
Jepang adalah tempat di mana etika dan tata krama dijunjung tinggi. Omoiyari memainkan peran besar dalam mengendalikan individualisme.
Kebersihan, misalnya. Jepang terkenal dengan jalanannya yang bersih dan ini tidak terjadi secara kebetulan.
Hal itu adalah hasil dari masyarakat yang peduli untuk tidak mengganggu orang lain dengan membuang sampah sembarangan.
Orang Jepang sering membawa sampah mereka sampai mereka menemukan tempat sampah, semuanya dalam semangat omoiyari.
Ingat Piala Dunia ketika penggemar Jepang merapikan stadion setelah pertandingan? Dunia tercengang, tetapi di Jepang, ini hanyalah hari yang biasa.
Aksi itu bukan sekadar bersih-bersih, melainkan bertanggungjawab dan bersikap perhatian terhadap orang berikutnya yang akan menggunakan tempat tersebut.
Baca juga: Kesemek, Buah Musim Gugur di Jepang yang Lambangkan Keberuntungan dan Panjang Umur
Di banyak negara, membiarkan meja yang berantakan bukanlah masalah besar karena merupakan tugas staf untuk membersihkannya.
Namun di Jepang, berkat omoiyari, para pengunjung sering kali merapikan meja mereka sendiri atau setidaknya memudahkan staf untuk membersihkannya.
Tempat duduk prioritas adalah hal yang biasa, tetapi omoiyari lebih dari itu.
Jika kamu sedang duduk dan melihat orang tua berdiri, omoiyari dalam dirimu akan merasa tidak nyaman sampai kamu menawarkan tempat dudukmu kepada mereka.
Jika seseorang menceritakan rahasia kepadamu, menjadi pendengar yang baik adalah ciri khas omoiyari.
Hal itu adalah langkah pertama dalam membangun ikatan yang kuat dan menunjukkan simpati yang tulus.
Kata-kata sederhana seperti "terima kasih," "maaf," dan "tolong" sangat bermanfaat.
Itulah inti dari omoiyari yang membuat interaksi sehari-hari lebih lancar dan menyenangkan.
Hal ini sedikit lebih sulit. Menyadari perasaan orang lain adalah bagian yang halus tetapi penting dari omoiyari.
Itu membutuhkan rasa empati yang tajam dan kemauan untuk bertindak berdasarkan perasaan itu.
Baca juga: Pengalaman Kerja di Jepang Tentang Work-Life Balance, Izin Dulu Sebelum Lembur
Sekarang, mari kita tambahkan sedikit cita rasa Indonesia.
Sementara Jepang memiliki omoiyari, Indonesia memiliki versinya sendiri tentang perhatian yang sering kali berakar pada nilai komunitas dan keluarga.
Kedua budaya tersebut menekankan pentingnya bersikap penuh perhatian, tetapi mereka mengekspresikannya dengan cara yang unik.
Di Indonesia, kegiatan komunal dan rasa kebersamaan yang kuat sering kali menonjolkan versi omoiyari mereka.
Sebagai orang asing yang tinggal di negara baru, saya belajar bahwa bersikap penuh perhatian adalah kunci untuk menyesuaikan diri.
Omoiyari ini adalah cara hidup yang menumbuhkan kebaikan dan komunitas.
Jadi, jika kamu ragu tentang bagaimana harus bertindak, pikirkan saja apa yang membuat kamu bahagia saat orang lain melakukannya untukmu dan teruslah berbuat baik.
Ingat, meskipun omoiyari adalah konsep yang indah, konsep ini tidak cocok untuk semua orang.
Orang adalah individu dan praktik budaya dapat bervariasi.
Namun, merangkul hati yang penuh perhatian adalah bahasa universal yang dapat membuat dunia menjadi tempat lebih baik, satu tindakan penuh perhatian pada satu waktu.
Baca juga: Budaya Musim Gugur Orang Jepang, Suka Dengar Suara Jangkrik
Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, orang Indonesia yang bekerja di Tokyo. Ia hobi bermain bulu tangkis, mendengarkan musik seperti lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (November 2024)
View this post on Instagram