Pemerintah mengenakan biaya untuk pembuangan barang tertentu yang diklasifikasikan sebagai sampah.
Insentif finansial ini mendorong orang mencari alternatif untuk memberikan atau menjual barang mereka dengan harga murah.
Munculnya media sosial semakin memfasilitasi budaya memberi di Jepang.
Mereka terhubung dengan calon penerima barang, baik melalui pengiriman langsung atau pertemuan di lokasi yang strategis seperti stasiun kereta api.
Beragam jenis barang diberikan kepada orang lain mulai dari peralatan dapur dan produk rumah tangga hingga barang yang berhubungan dengan hobi seperti patung dan hiasan.
Sementara itu, Indonesia mengizinkan pembuangan sampah gratis.
Hal itu dapat mengurangi urgensi untuk menggunakan kembali atau memberikan barang yang tidak terpakai.
Namun, Indonesia memiliki konsep serupa yang dikenal sebagai "dibuang sayang" yang menekankan pentingnya tidak membuang-buang sumber daya.
Namun, orang Indonesia cenderung menjual barang bekas itu daripada memberikannya secara gratis. Praktik ini mencerminkan pendekatan berbeda dalam menilai barang bekas.
Bagi pendatang baru di Jepang, mengikuti konsep mottainai terutama terkait barang bekas bisa jadi praktis dan ekonomis.