Orang Jepang mempunyai cara mengungkapkan kasih sayang tanpa mengucapkan "Aku menyukaimu" atau "Aku mencintaimu".
Mereka mengatakan "Tsuki ga kirei desu ne" (月がきれいですね) yang artinya "Bulan itu indah, bukan?"
Ungkapan puitis ini berakar pada periode Meiji, berkat penulis terkenal Natsume Soseki.
Baca juga: Omoiyari, Konsep Kasih Sayang dan Empati Terhadap Orang Lain ala Jepang
Ceritanya, saat mengajar bahasa Inggris, Soseki meminta murid-muridnya untuk menerjemahkan "Aku mencintaimu".
Ketika mereka menerjemahkannya secara langsung, ia menyarankan versi yang lebih bernuansa budaya: "Bulan itu indah, bukan?"
Frasa ini menangkap kehalusan dan kedalaman ekspresi cinta Jepang, di mana emosi sering disampaikan melalui bahasa tidak langsung dan puitis.
Bagi penggemar sastra, drama, atau anime Jepang, frasa ini mungkin terdengar familier.
Frasa ini sering digunakan dalam adegan saat sepasang kekasih menatap langit malam, mungkin dengan kembang api di latar belakang atau malam yang tenang disinari bulan.
Frasa ini disukai karena keanggunannya dan cara ia merangkum pengakuan romantis tanpa harus berlebihan.
Di Jepang, meskipun Hari Valentine dan White Day merupakan acara populer untuk mengungkapkan cinta, musim panas memiliki daya tarik romantisnya sendiri.
Selama liburan musim panas dengan berbagai festival dan kunjungan ke kampung halaman, banyak orang menemukan diri mereka di bawah langit malam yang cerah.
Saat itulah frasa "Bulan itu indah, bukan?" mungkin dibisikkan yang menjadi latar untuk pengakuan yang tulus.
Baca juga: Apa Arti Watashi? Simak Juga 7 Cara Katakan Saya dalam Bahasa Jepang
Menariknya, penggunaan bulan secara metaforis ini tidak hanya terjadi di Jepang.
Di Indonesia, bulan juga telah menjadi simbol keindahan dalam ekspresi romantis.
Namun, seiring berjalannya waktu, persepsi tersebut berubah.
Ketidaksempurnaan bulan membuat sebagian orang merasa bahwa perbandingan tersebut kurang menarik.
Terlepas dari nuansa budaya ini, "Tsuki ga kirei desu ne" (月がきれいですね) tetap menjadi ekspresi abadi di Jepang.
Pengakuan modern yang lugas biasanya menggunakan ungkapan "Suki desu" (好きです) artinya aku menyukaimu.
Namun, pesona puitis dari "Bulan itu indah, bukan?" terus beresonansi dengan mereka yang menghargai seni kehalusan dalam romansa.
Kesimpulannya, meskipun budaya Jepang dan Indonesia menggunakan bulan sebagai metafora dalam ekspresi romantis, pendekatan mereka berbeda.
Di Jepang, 月がきれいですね berfungsi sebagai cara yang lembut dan indah untuk mengungkapkan cinta.
Sementara di Indonesia, bulan telah menjadi simbol keindahan, meskipun interpretasinya terus berubah.
Baca juga: Okaerinasai, Selamat Datang di Rumah dalam Bahasa Jepang
Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, WNI yang bekerja di Tokyo. Ia hobi bermain bulu tangkis, mendengarkan musik seperti lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (Oktober 2024)
View this post on Instagram