Ungkapan ini sering dipakai di adegan romantis Jepang. Biasanya muncul waktu karakternya lagi lihat langit malam, entah ada kembang api atau cuma bulan.
Orang-orang menyukainya karena keanggunannya karena bisa merangkum pengakuan romantis tanpa terasa berlebihan.
Baca juga:
Meski Hari Valentine dan White Day populer untuk menyatakan cinta di Jepang, musim panas punya pesona romantis tersendiri.
Selama liburan musim panas, banyak festival digelar, banyak juga yang pulang ke kampung halaman.
Di momen-momen seperti ini, banyak orang menemukan diri mereka di bawah langit malam yang cerah.
Saat itulah frasa "Bulan itu indah, bukan?" bisa terbisik, menjadi latar pengakuan tulus dari hati.
Menariknya, penggunaan bulan sebagai metafora romantis ini tidak hanya terjadi di Jepang.
Di Indonesia, bulan juga kerap menjadi simbol keindahan dalam ekspresi cinta.
Namun, seiring waktu, persepsi ini bisa berubah. Adanya ketidaksempurnaan pada bulan membuat sebagian orang merasa perbandingan tersebut kurang pas lagi.
Meski ada perbedaan nuansa budaya ini, "Tsuki ga kirei desu ne" tetap menjadi ungkapan abadi di Jepang.