Dalam dunia bisnis yang sibuk,setiap detik sangat berarti sehingga ketepatan waktu dipuji sebagai suatu keutamaan.
Namun, kedalaman dan makna dari konsep yang tampaknya sederhana ini dapat sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya.
Setelah bekerja di berbagai negara, saya mulai menghargai pemahaman mendalam tentang budaya tepat waktu di Jepang, sebuah perspektif yang mencerahkan sekaligus transformatif.
Sebagai seorang pekerja kantoran yang kini menjelajahi lanskap profesional di Jepang, saya mendapati bahwa ketepatan waktu di Jepang merupakan cerminan dari disiplin dan rasa hormat.
Salah satu pelajaran pertama yang saya pelajari adalah konsep hourensou.
Kata ini dipilih karena mirip dengan penyebutan bayam dalam Bahasa Jepang.
Namun, hourensou adalah singkatan dari tiga praktik penting: houkoku (melaporkan), renraku (memberi tahu), dan soudan (membahas).
Baca juga: Mengenal Budaya Kerja Horenso di Jepang
Hari ini, saya ingin berbagi pengalaman menerapkan renraku atau memberi informasi kepada orang lain yang telah menjadi landasan perjalanan saya sebagai pendatang baru di Jepang.
Bayangkan saja kamu sedang rapat berturut-turut dengan sedikit waktu untuk bernapas di antara sesi rapat.
Rapat pertama berjalan melebihi waktu dengan diskusi hidup yang tidak dapat diganggu siapa pun.
Kamu melirik jam dan menyadari kamu akan terlambat untuk rapat berikutnya.
Di banyak tempat, keterlambatan beberapa menit mungkin dianggap sebagai ketidaknyamanan kecil. Namun, di Jepang ini adalah cerita yang berbeda.
Pada hari-hari awal saya di sini, saya kesulitan seperti itu.
Pertemuan kedua saya yaitu dengan seorang kolega senior dan saya segera belajar bahwa terlambat, bahkan beberapa menit saja, bukan hanya tidak disuka tetapi itu adalah kesempatan belajar.
Senior saya, dengan kesabaran dan pengertian, menjelaskan nuansa budaya ketepatan waktu di Jepang, membuka mata saya terhadap cara berpikir baru.
Baca juga: Alasan Kereta di Jepang Bisa Terlambat
Saat kamu terlambat di Jepang, bukan hanya soal mengganggu jadwal seseorang.
Ini soal kekhawatiran yang tidak sengaja kamu timbulkan. Rekan kerja mungkin khawatir tentang kondisimu, bertanya-tanya apakah mengalami masalah.
Tingkat kepedulian dan pertimbangan ini mengajari saya bahwa ketepatan waktu lebih banyak berkaitan dengan empati daripada efisiensi.
Di Jepang, waktu adalah komoditas yang berharga.
Keterlambatan dapat mengganggu hari yang telah direncanakan dengan saksama, menyebabkan gangguan tidak terduga.
Orang Jepang menghargai ketepatan waktu bukan hanya sebagai kesopanan profesional, melainkan juga tanda penghormatan terhadap waktu dan komitmen orang lain.
Baca juga: Di Jepang Kamu Boleh Terlambat Asalkan Punya Dokumen Ini
Jadi, apa yang terjadi jika kamu tidak dapat menghindari keterlambatan, seperti dalam rapat yang harus diikuti secara berurutan?
Berikut ini praktik yang saya terapkan, awalnya saya anggap mengejutkan. Beri tahu orang yang akan kamu temui tentang kemungkinan keterlambatan.
Kirim pesan singkat atau email, jelaskan alasan keterlambatan dan berikan perkiraan waktu kedatangan, beserta permintaan maaf yang tulus.
Bertentangan dengan asumsi awal saya, tindakan ini tidak dianggap kasar, melainkan sebagai tanda penghormatan dan pertimbangan.
Kesimpulannya, ketepatan waktu di Jepang melampaui batasan disiplin belaka. Ini adalah ekspresi budaya rasa hormat, empati, dan profesionalisme.
Dengan menganut nilai-nilai ini dan berkomunikasi secara efektif saat keterlambatan tidak dapat dihindari, kamu tidak hanya menghormati cara hidup orang Jepang, melainkan juga mendapatkan rasa hormat dari rekan.
Di negeri yang penuh dengan ketepatan dan kesopanan ini, ketepatan waktu bukan hanya tentang tepat waktu melainkan selaras dengan orang di sekitar.
Ulasan di atas disampaikan oleh Karsten Dwinata, pekerja kantoran Indonesia yang tinggal di Tokyo. Ia suka bermain game dan bertukar pikiran.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (September 2024)