FAO (Food and Agriculture Organization) menyatakan bahwa industri akuakultur di Jepang telah dimulai sejak abad ke-16 di area sekitar Laut Pedalaman Seto Jepang. Budidaya hasil laut menopang permintaan tinggi makanan laut yang jumlahnya terbatas diakibatkan oleh degradasi lingkungan laut.
Berdasarkan data Kementerian Agrikultur, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF), saat ini terdapat 60 jenis hasil laut yang masuk ke dalam bagian akuakultur pada industri perikanan Jepang.
Program magang mencakup program kerja yang berkontribusi pada produksi kerang tiram dan kerang kipas sejak 2010. Pada program kerja untuk Pekerja Berketerampilan Spesifik, selain kedua produksi tersebut akan ditambahkan beberapa produksi lainnya seperti produksi belut laut, nori (rumput laut), mutiara, dan jenis ikan lainnya.
Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bidang perikanan kebanyakan berada di dekat laut. Jenis pekerjaannya sendiri bisa berupa pelayaran di kapal untuk menangkap ikan selama beberapa hari, ataupun pekerjaan di area pantai untuk melakukan pembudidayaan akuakultur.
Kondisi pekerjaan bisa berubah sesuai dengan perubahan iklim dan keadaan laut. Pekerja bisa saja bekerja di laut utara yang beriklim dingin atau pun laut tropis yang hangat.
Namun satu yang pasti, orang yang bekerja di industri ini bisa menikmati banyak hasil tangkapan laut, karena nelayan Jepang biasanya menikmati hasil tangkapan mereka yang tidak bisa dijual.
Waktu kerja di industri perikanan ini adalah 8 jam perhari dan 40 jam per minggu. Tergantung dengan kondisi pekerjaan, kemungkinan akan banyak lembur. Jam kerja ini juga bisa menjadi lebih panjang tergantung dengan kategori pekerjaannya.
Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Jepang, salah satu kesulitan yang ditemui oleh pekerja asing. Menguasai bahasa Jepang menjadi hal penting, terutama saat ditempatkan di kapal.
Kemampuan bahasa tersebut akan membantu kamu berkomunikasi cara pengoperasian mesin-mesin kelautan dengan benar dan juga saat terjadi keadaan darurat.