Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Bencana Alam

Wisatawan Hong Kong Batalkan Liburan ke Jepang, Efek Rumor Gempa Besar Nankai

Kompas.com - 20/05/2025, 13:05 WIB

Rumor tak berdasar yang tersebar secara daring mengenai gempa besar yang disebut-sebut akan segera melanda Jepang mulai berdampak pada perusahaan perjalanan dan maskapai penerbangan.

Sejumlah perusahaan melaporkan penurunan permintaan perjalanan dari warga Hong Kong yang mulai khawatir terhadap potensi bencana tersebut.

Padahal, sepanjang 2024, tercatat hampir 2,7 juta warga Hong Kong melakukan perjalanan ke Jepang.

Meskipun tidak mungkin mengetahui secara pasti kapan gempa akan terjadi, sejumlah prediksi yang beredar telah memicu kekhawatiran.

Beberapa unggahan palsu mengutip sebuah komik manga Jepang yang diterbitkan ulang pada 2021 dan menyebutkan ramalan bencana alam besar pada Juli 2025 berdasarkan mimpi sang penulis.

Unggahan lain menyebut tanggal berbeda. Sementara itu, sebuah grup Facebook yang mengklaim bisa memprediksi bencana di Jepang memiliki lebih dari 250.000 anggota, sebagian besar berasal dari Hong Kong dan Taiwan.

Mengutip AFP, Kamis (15/5/2025), Kepala Agen Perjalanan CLS Holiday yang berbasis di Hong Kong, Frankie Chow, menuturkan bahwa maraknya ramalan bencana dan rumor yang tidak berlandaskan ilmiah telah berdampak langsung pada bisnisnya.

“Ramalan gempa ini benar-benar mengubah preferensi pelanggan kami,” ujarnya.

Chow menjelaskan, pada Maret dan April, perusahaannya menerima 70–80 persen lebih sedikit pertanyaan tentang perjalanan ke Jepang dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Saya belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya,” ujar Chow, yang juga mengelola situs pemesanan Flyagain.la.

Sementara sebagian orang mengubah destinasi liburannya, sebagian lainnya “tidak berani bepergian,” kata Chow.

Gempa ringan hingga sedang memang umum terjadi di Jepang, yang menerapkan aturan bangunan ketat guna meminimalkan kerusakan, bahkan dari guncangan besar.

Sebaliknya, gempa sangat jarang dirasakan di Hong Kong. Namun menurut Chow, sebagian masyarakat mudah percaya pada disinformasi.

Baca juga:

Peringatan soal Prediksi Gempa Jepang

Ilustrasi bangunan rusak akibat gempa. (KARAKSA MEDIA PARTNER)
Ilustrasi bangunan rusak akibat gempa. (KARAKSA MEDIA PARTNER)

Pada April lalu, Kantor Kabinet Tokyo menyampaikan melalui platform media sosial X bahwa prediksi gempa tidak bisa dilakukan secara akurat.

“Memprediksi gempa berdasarkan tanggal, waktu, dan tempat tidak mungkin dilakukan dengan pengetahuan ilmiah saat ini,” tulis unggahan tersebut.

Seorang pejabat Kantor Kabinet mengatakan kepada AFP bahwa unggahan itu merupakan bagian dari penyebaran informasi rutin mengenai gempa.

Namun, harian Asahi Shimbun melaporkan bahwa pernyataan tersebut merupakan tanggapan atas banyaknya ramalan yang beredar di dunia maya. Ramalan-ramalan ini muncul setelah sebuah panel pemerintah Jepang pada Januari merilis estimasi baru mengenai kemungkinan terjadinya “gempa besar”.

Panel tersebut menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya gempa dahsyat di sepanjang Palung Nankai di wilayah selatan Jepang dalam 30 tahun ke depan meningkat sedikit, menjadi 75–82 persen.

Estimasi ini diikuti oleh proyeksi dampak terbaru dari Kantor Kabinet pada Maret, yang menyebutkan bahwa gempa dan tsunami besar di Palung Nankai bisa menyebabkan hingga 298.000 kematian di Jepang.

Meski merupakan pembaruan rutin dari proyeksi tahun 2014, estimasi tersebut tampaknya telah memicu kekhawatiran di kalangan wisatawan.

Penurunan Wisatawan Hong Kong Mulai Terjadi

Maskapai Greater Bay Airlines yang berbasis di Hong Kong telah mengurangi jumlah penerbangan ke wilayah Tokushima, Jepang selatan.

Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat pariwisata setempat kepada AFP.

“Perusahaan mengatakan bahwa permintaan menurun drastis akibat rumor akan terjadinya gempa dan tsunami besar di Jepang pada musim panas ini.”

“Tiga penerbangan pulang-pergi per minggu akan dikurangi menjadi dua penerbangan per minggu, terhitung mulai 12 Mei hingga 25 Oktober,” tambahnya.

Maskapai tersebut juga memangkas frekuensi penerbangan ke Sendai di wilayah Miyagi, Jepang utara.

Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, mengimbau wisatawan untuk tidak khawatir, seraya menambahkan bahwa masyarakat Jepang sendiri tidak meninggalkan daerah tersebut.

Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang, jumlah wisatawan asal Hong Kong pada Maret 2025 mencapai 208.400 orang, turun hampir 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, penurunan ini juga dipengaruhi oleh pergeseran jadwal libur Paskah, yang pada tahun ini dimulai pertengahan April, bukan Maret seperti tahun lalu.

Direktur Eksekutif EGL Tours, Steve Huen Kwok-chuen, mengatakan belum melihat penurunan signifikan dalam jumlah pelanggan yang bepergian ke Jepang.

Namun, data pemesanan di dua hotel milik mereka di Jepang menunjukkan adanya penurunan jumlah tamu asal Hong Kong, sementara tamu dari negara lain tetap stabil.

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.