Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

Sejarah Ude Manjuu Khas Jepang, Kue Rebus Isi Kacang Merah

Kompas.com - 24/08/2025, 13:50 WIB

Ude manjuu adalah kue rebus sederhana khas Prefektur Saitama, Jepang.

Terbuat dari adonan gandum yang kadang diberi isian pasta kacang merah manis, kue ini memiliki tekstur kenyal yang berbeda dari manjuu kukus.

Lebih dari sekadar kudapan, ude manjuu sudah lama menjadi bagian dari tradisi masyarakat setempat.

Hingga kini, kue ini tetap hadir dalam perayaan adat, momen keluarga, hingga rest area di Saitama.

Baca juga:

Budaya Gandum dan Asal-Usul Ude Manjuu

Di Prefektur Saitama, budaya kuliner berbasis gandum sudah lama berkembang.

Dari bahan sederhana ini lahir berbagai jenis manjuu, yaitu kue bulat dengan isian, dan salah satunya yang paling khas adalah ude manjuu.

Tidak seperti manjuu lain yang biasanya dikukus, ude manjuu justru direbus dalam air banyak sehingga menghasilkan tekstur kenyal mirip mochi.

Asal-usulnya dapat ditelusuri ke Kota Tokorozawa, tempat lahan kering untuk gandum, ubi, dan teh mendominasi.

Gandum ditanam pada akhir musim gugur dan dipanen pada akhir Juni tahun berikutnya.

Ketika Obon tiba pada pertengahan Agustus, masyarakat bisa merasakan aroma gandum baru yang segar untuk membuat ude manjuu.

Nama ude manjuu sendiri merupakan pergeseran pelafalan dari “yude manjuu” yang berarti manjuu rebus.

Dalam praktiknya, ude manjuu ada yang dibuat hanya dari adonan tepung tanpa isian, ada pula yang diisi pasta kacang merah manis atau anko.

Variasi ini tergantung pada kebiasaan keluarga maupun daerah, menjadikan kudapan ini fleksibel dalam penyajiannya.

Hingga kini, ude manjuu tetap dianggap sebagai simbol hasil bumi sekaligus warisan tradisi di Saitama.

Peran Ude Manjuu dalam Tradisi dan Perayaan

Ude manjuu tidak hanya dimakan sehari-hari, tetapi juga hadir dalam berbagai perayaan tradisional.

Kue ini sering dipersembahkan kepada leluhur saat Obon, momen penting bagi masyarakat Jepang untuk menghormati arwah keluarga.

Selain itu, ude manjuu juga disajikan pada O-higan, sebuah perayaan yang berhubungan dengan perubahan musim dan hari khusus para petani.

Tradisi ini berlanjut pada berbagai hari raya lain seperti Tanabata, Jugoya atau bulan purnama musim gugur, serta Jūsannya atau malam ke-13.

Di wilayah yang terkenal dengan budidaya ulat sutra, ude manjuu juga disajikan ketika ulat sutra berubah menjadi kepompong.

Masyarakat bahkan memiliki kebiasaan membagikan ude manjuu kepada tetangga sebagai bentuk kebersamaan.

Kue ini menjadi sarana untuk memperkuat hubungan sosial, bukan hanya sekadar suguhan manis dari gandum dan anko.

Tradisi berbagi inilah yang menjaga ude manjuu tetap relevan hingga kini, meskipun zaman terus berubah.

Ude Manjuu di Masa Kini

Seiring berjalannya waktu, ude manjuu masih bertahan sebagai bagian dari identitas kuliner Saitama.

Banyak keluarga masih membuatnya di rumah, terutama saat perayaan atau acara khusus.

Selain buatan rumahan, ude manjuu juga bisa ditemukan di michi-no-eki, yaitu rest area di jalan raya yang menjual produk khas daerah.

Hal ini membuat ude manjuu lebih mudah dikenal, tidak hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga wisatawan yang singgah.

Kehadirannya di rest area juga menjadi bentuk pelestarian tradisi yang lebih modern dan terbuka.

Dengan begitu, ude manjuu tidak sekadar dikenal sebagai kue rebus dari gandum, melainkan sebagai simbol budaya yang menyatukan hasil bumi, tradisi leluhur, dan nilai kebersamaan.

Warisan sederhana ini menunjukkan bagaimana sebuah kudapan bisa bertahan, bahkan berkembang, di tengah perubahan zaman.

Disediakan oleh: Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries website (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/33_18_saitama.html)  

Disusun oleh Karaksa Media Partner, berdasarkan "うちの郷土料理 次世代に伝えたい大切な味 埼玉県 うでまんじゅう" (Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries) (https://www.maff.go.jp/j/keikaku/syokubunka/k_ryouri/search_menu/menu/33_18_saitama.html)

Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.