Usaha itu jauh lebih sulit dari yang saya bayangkan.
Pengalaman berikutnya adalah merasakan gempa Shindo 7 dengan guncangan yang sangat keras.
Bahkan, posisi “dangomushi” (posisi tubuh anak-anak saat latihan gempa) pun sulit saya pertahankan.
Dari pengalaman tersebut, saya sadar betapa banyak hal yang belum saya ketahui tentang bencana.
Latihan ini benar-benar membuka mata saya akan risiko nyata yang mungkin terjadi.
Simulasi gempa mengajarkan perbedaan besar antara Indonesia dan Jepang.
Di Indonesia, refleks banyak orang adalah panik dan berlari keluar karena bangunan sering tidak tahan gempa.
Di Jepang, protokol justru menyarankan tetap di dalam dan berlindung di bawah meja kokoh, dengan keyakinan pada struktur bangunan yang tahan guncangan.
Pengalaman banjir juga mengubah persepsi saya.