Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Summer

5 Kegiatan Orang Jepang Saat Musim Panas, dari Tradisi hingga Kuliner

Kompas.com - 24/08/2025, 22:04 WIB

Jepang memiliki empat musim yang berlangsung sekitar tiga bulan masing-masing.

Musim semi terjadi Maret hingga Mei, musim panas Juni hingga Agustus, musim gugur September hingga November, dan musim dingin Desember hingga Februari.

Bulan Juni menandai awal musim panas, meski masih berbarengan dengan musim hujan atau tsuyu yang membuat udara lembap dan sering turun hujan.

Sementara itu, Agustus sepenuhnya berada dalam musim panas dengan cuaca yang panas, lembap, serta penuh dengan festival dan kegiatan ke pantai.

Selain itu, kondisi iklim Jepang juga beragam karena letaknya membentang cukup luas.

Hokkaido di utara beriklim kontinental lembap, sebagian besar wilayah Honshu, Shikoku, dan Kyushu beriklim subtropis lembap.

Sementara, wilayah selatan seperti Kepulauan Yaeyama memiliki iklim hutan hujan tropis.

Di tengah keragaman iklim tersebut, masyarakat Jepang punya kebiasaan unik untuk menghadapi musim panas.

Ada tradisi sederhana yang diwariskan turun-temurun hingga perayaan besar yang meriah.

Berikut lima kegiatan khas yang biasa dilakukan orang Jepang saat musim panas.

Baca juga:

Furin, lonceng angin yang biasa dipasang saat musim panas di Jepang.
Furin, lonceng angin yang biasa dipasang saat musim panas di Jepang.

1. Fūrin, Lonceng Angin yang Membawa Kesejukan

Di musim panas, rumah dan kuil di Jepang sering dihiasi fūrin, lonceng angin dari kaca dengan kertas tanzaku yang menggantung.

Setiap kali tertiup angin, terdengar bunyi lembut yang memberi kesan menyejukkan meski cuaca sedang terik.

Bagi masyarakat Jepang, suara fūrin bukan hanya dekorasi, tapi simbol rasa damai sekaligus pengingat hembusan angin musim panas.

Kebiasaan ini sederhana, tetapi dipercaya mampu memberi efek psikologis yang menenangkan.

2. Uchimizu, Menyiram Jalan untuk Menurunkan Panas

Tradisi lama ini dilakukan dengan menyiram air di jalanan, halaman rumah, atau depan toko.

Tujuannya untuk menurunkan suhu sekitar, mengurangi debu, sekaligus membuat lingkungan terasa lebih segar.

Di beberapa tempat, kegiatan uchimizu dilakukan bersama warga sekitar sehingga menjadi ajang mempererat hubungan tetangga.

Bahkan ada laporan bahwa kegiatan ini bisa menurunkan suhu udara hingga sekitar 1 derajat Celsius.

Selain bermanfaat, ritual ini juga menjadi bentuk kepedulian lingkungan yang terus dipertahankan masyarakat Jepang.

Festival kembang api musim panas di Jepang.
Festival kembang api musim panas di Jepang.

3. Festival Musim Panas dan Kembang Api

Musim panas di Jepang identik dengan festival atau matsuri yang meriah.

Mulai dari Tanabata dengan hiasan kertas warna-warni, Bon Odori dengan tarian tradisional, hingga pesta kembang api atau hanabi yang menghiasi langit malam.

Festival ini selalu ramai didatangi warga, baik untuk berdoa, menikmati makanan kaki lima, maupun sekadar berkumpul bersama keluarga.

Suasana hangat inilah yang membuat musim panas di Jepang terasa hidup dan penuh kebersamaan.

Unagi bakar, makanan khas musim panas di Jepang.
Unagi bakar, makanan khas musim panas di Jepang.

4. Doyō no Ushi no Hi, Tradisi Makan Unagi

Saat musim panas mencapai puncaknya, ada tradisi khusus yang dikenal dengan Doyō no Ushi no Hi.

Pada hari ini, masyarakat Jepang biasanya menyantap unagi kabayaki, belut panggang yang dimasak dengan bumbu manis gurih.

Makanan ini dipercaya bisa menambah energi dan menjaga ketahanan tubuh ketika cuaca panas membuat tubuh mudah lelah.

Bagi banyak keluarga, menikmati unagi di musim panas menjadi ritual tahunan yang ditunggu.

5. Pergi ke Tempat yang Lebih Sejuk

Ketika panas terasa menyengat, banyak orang Jepang memilih pergi ke tempat dengan udara lebih segar.

Hokkaido di utara dengan iklim lebih dingin jadi pilihan untuk mendaki gunung atau sekadar menikmati alam terbuka.

Sementara itu, Okinawa di selatan menawarkan pantai tropis yang indah untuk bersantai dan bermain air.

Perjalanan ke tempat-tempat ini menjadi cara menyenangkan untuk melepas penat sekaligus menghindari teriknya musim panas.

Sumber:

  • Live Japan (https://livejapan.com/en/article-a0000283/)
  • JNTO (https://www.japan.travel/en/au/news-blog/wind-chime-festival-at-nyoirinji-temple/)
  • Nippon.com
    https://www.nippon.com/en/features/jg00059/
    https://www.nippon.com/en/japan-data/h01378/

Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.