Jepang memiliki empat musim yang berlangsung sekitar tiga bulan masing-masing.
Musim semi terjadi Maret hingga Mei, musim panas Juni hingga Agustus, musim gugur September hingga November, dan musim dingin Desember hingga Februari.
Bulan Juni menandai awal musim panas, meski masih berbarengan dengan musim hujan atau tsuyu yang membuat udara lembap dan sering turun hujan.
Sementara itu, Agustus sepenuhnya berada dalam musim panas dengan cuaca yang panas, lembap, serta penuh dengan festival dan kegiatan ke pantai.
Selain itu, kondisi iklim Jepang juga beragam karena letaknya membentang cukup luas.
Hokkaido di utara beriklim kontinental lembap, sebagian besar wilayah Honshu, Shikoku, dan Kyushu beriklim subtropis lembap.
Sementara, wilayah selatan seperti Kepulauan Yaeyama memiliki iklim hutan hujan tropis.
Di tengah keragaman iklim tersebut, masyarakat Jepang punya kebiasaan unik untuk menghadapi musim panas.
Ada tradisi sederhana yang diwariskan turun-temurun hingga perayaan besar yang meriah.
Berikut lima kegiatan khas yang biasa dilakukan orang Jepang saat musim panas.
Baca juga:
Di musim panas, rumah dan kuil di Jepang sering dihiasi fūrin, lonceng angin dari kaca dengan kertas tanzaku yang menggantung.
Setiap kali tertiup angin, terdengar bunyi lembut yang memberi kesan menyejukkan meski cuaca sedang terik.
Bagi masyarakat Jepang, suara fūrin bukan hanya dekorasi, tapi simbol rasa damai sekaligus pengingat hembusan angin musim panas.
Kebiasaan ini sederhana, tetapi dipercaya mampu memberi efek psikologis yang menenangkan.
Tradisi lama ini dilakukan dengan menyiram air di jalanan, halaman rumah, atau depan toko.
Tujuannya untuk menurunkan suhu sekitar, mengurangi debu, sekaligus membuat lingkungan terasa lebih segar.
Di beberapa tempat, kegiatan uchimizu dilakukan bersama warga sekitar sehingga menjadi ajang mempererat hubungan tetangga.
Bahkan ada laporan bahwa kegiatan ini bisa menurunkan suhu udara hingga sekitar 1 derajat Celsius.
Selain bermanfaat, ritual ini juga menjadi bentuk kepedulian lingkungan yang terus dipertahankan masyarakat Jepang.
Musim panas di Jepang identik dengan festival atau matsuri yang meriah.
Mulai dari Tanabata dengan hiasan kertas warna-warni, Bon Odori dengan tarian tradisional, hingga pesta kembang api atau hanabi yang menghiasi langit malam.
Festival ini selalu ramai didatangi warga, baik untuk berdoa, menikmati makanan kaki lima, maupun sekadar berkumpul bersama keluarga.
Suasana hangat inilah yang membuat musim panas di Jepang terasa hidup dan penuh kebersamaan.
Saat musim panas mencapai puncaknya, ada tradisi khusus yang dikenal dengan Doyō no Ushi no Hi.
Pada hari ini, masyarakat Jepang biasanya menyantap unagi kabayaki, belut panggang yang dimasak dengan bumbu manis gurih.
Makanan ini dipercaya bisa menambah energi dan menjaga ketahanan tubuh ketika cuaca panas membuat tubuh mudah lelah.
Bagi banyak keluarga, menikmati unagi di musim panas menjadi ritual tahunan yang ditunggu.
Ketika panas terasa menyengat, banyak orang Jepang memilih pergi ke tempat dengan udara lebih segar.
Hokkaido di utara dengan iklim lebih dingin jadi pilihan untuk mendaki gunung atau sekadar menikmati alam terbuka.
Sementara itu, Okinawa di selatan menawarkan pantai tropis yang indah untuk bersantai dan bermain air.
Perjalanan ke tempat-tempat ini menjadi cara menyenangkan untuk melepas penat sekaligus menghindari teriknya musim panas.
Sumber:
Penulis: Karaksa Media Partner (Agustus 2025)
View this post on Instagram