Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Fakta & Data

Pasokan Beras Menipis, Jepang Dorong Petani Tanam Lebih Banyak Padi

Kompas.com - 07/08/2025, 20:30 WIB

Pemerintah Jepang kini mendorong petani untuk kembali menanam lebih banyak padi, setelah selama beberapa dekade mengalihkan fokus ke komoditas lain.

Perubahan kebijakan ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Shigeru Ishiba dalam rapat tingkat menteri pada Selasa, menyusul lonjakan harga beras yang hampir dua kali lipat dalam setahun terakhir.

Baca juga:

Pemerintah Dukung Produksi Padi Skala Besar

Dalam pernyataannya, Ishiba menegaskan bahwa kebijakan pertanian akan direvisi untuk tahun fiskal 2027.

Alih-alih melarang penanaman padi, pemerintah akan mendukung petani agar lebih berani meningkatkan produksi.

Melansir kantor berita AFP (5/8/2025), dukungan itu akan difokuskan pada pertanian padi skala besar serta akses ke teknologi terbaru.

Langkah ini diambil sebagai respons atas kelangkaan beras akibat gangguan rantai pasok yang berdampak pada harga.

Kondisi ini memaksa pemerintah untuk mulai menggunakan cadangan darurat sejak Maret lalu, padahal sebelumnya hanya digunakan dalam situasi bencana.

Tujuannya adalah membantu konsumen dan pelaku usaha kuliner menghadapi lonjakan harga.

Sawah di Jepang ditumbuhi padi subur.
Sawah di Jepang ditumbuhi padi subur.

Kebijakan Lama Telah Usang

Sejak tahun 1971, Jepang mulai membatasi penanaman padi dan mendorong diversifikasi pertanian ke komoditas lain seperti kedelai.

Kebijakan ini muncul sebagai respons atas menurunnya konsumsi beras dalam pola makan masyarakat Jepang.

Akibatnya, luas lahan sawah yang digunakan untuk konsumsi menurun drastis.

Pada tahun 2024, total lahan sawah tercatat di bawah 1,4 juta hektare, turun tajam dari puncaknya yang mencapai 3,3 juta hektare pada tahun 1960.

Meski kebijakan tersebut secara resmi dihapus pada 2018, insentif untuk menanam selain padi masih terus berjalan.

Kini, dengan krisis beras yang melanda, pemerintah mengambil arah baru dan kembali mengajak petani untuk fokus pada produksi beras.

Kantong beras giling terlihat di sudut supermarket di Tokyo pada 20 Juni 2025.
Kantong beras giling terlihat di sudut supermarket di Tokyo pada 20 Juni 2025.

Tekanan Politik dan Harga Beras Jadi Pemicu

Langkah ini juga tidak lepas dari tekanan politik yang tengah dihadapi pemerintah Ishiba.

Penurunan drastis harga diri publik terhadap kepemimpinannya dipicu oleh kemarahan masyarakat atas mahalnya harga beras.

Kondisi ini berdampak pada hasil pemilu, di mana Partai Demokrat Liberal kehilangan mayoritas di kedua majelis parlemen.

Dengan mendorong produksi padi dan memperkuat cadangan pangan dalam negeri, pemerintah berharap bisa meredam keresahan publik sekaligus memperbaiki citra politik.

Langkah ini juga mencerminkan upaya pemerintah untuk lebih adaptif terhadap kondisi pasar dan kebutuhan masyarakat.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.