Grave of the Fireflies, salah satu karya klasik Studio Ghibli, akan tayang terbatas untuk pertama kalinya di bioskop Indonesia mulai 29 Agustus 2025.
Mengutip Instagram CBI Pictures, film animasi ini bisa disaksikan di sejumlah jaringan bioskop seperti CGV, Cinepolis, dan Surya Yudha Cinema.
Grave of the Fireflies disutradarai oleh Isao Takahata dan diproduksi oleh Studio Ghibli.
Film ini pertama kali dirilis di Jepang pada 1988 dengan judul asli Hotaru no Haka.
Baca juga:
Melansir IMDb, Grave of the Fireflies mengambil latar belakang akhir Perang Dunia II di Jepang.
Cerita berpusat pada hubungan dua kakak-beradik yatim piatu, Seita (14 tahun) dan Setsuko (4 tahun), yang harus bertahan hidup di tengah kehancuran akibat serangan udara.
Kisah dimulai di Stasiun Sannomiya pada 21 September 1945.
Seita, yang mengenakan pakaian compang-camping, terlihat sekarat karena kelaparan.
Seorang petugas kebersihan menemukan sebuah kaleng permen di antara barang-barang Seita, yang ternyata berisi abu dan tulang Setsuko.
Kaleng itu dibuang, namun dari dalamnya muncul roh kedua anak itu dan segumpal cahaya kunang-kunang.
Narasi kemudian berlanjut ke kilas balik saat bom-bom mulai dijatuhkan oleh pesawat B-29 Amerika di kota Kobe.
Sang ibu yang menderita sakit jantung mencoba berlindung ke tempat aman, sementara Seita dan Setsuko tertinggal dan harus menyelamatkan diri sendiri.
Setelah malam yang mencekam, mereka kembali ke kota dan menemukan rumah mereka telah hancur.
Mereka mendapat kabar bahwa sang ibu ditemukan dalam keadaan terbakar parah akibat serangan.
Ia sempat dirawat, namun akhirnya meninggal dan dikremasi massal bersama korban lainnya.
Seita tidak tega memberitahu Setsuko bahwa ibunya sudah meninggal, dan hanya mengatakan bahwa sang ibu sedang sakit.
Setelah kehilangan sang ibu, Seita dan Setsuko tinggal di rumah bibi mereka di Nishinomiya.
Mereka diminta menjual kimono peninggalan ibu demi mendapatkan beras.
Seita sempat mengambil kembali barang-barang yang ia kubur sebelum pengeboman, termasuk sebuah kaleng permen yang ia sembunyikan dari bibinya.
Namun, hubungan mereka dengan sang bibi mulai memburuk.
Persediaan makanan makin menipis dan sang bibi mulai bersikap kasar, bahkan menuduh mereka hanya membebani.
Seita akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah bibi dan tinggal bersama Setsuko di tempat perlindungan bom yang telah lama ditinggalkan.
Di sana, mereka mencoba menciptakan dunia kecil mereka sendiri.
Seita dan Setsuko menangkap kunang-kunang untuk menerangi tempat tinggal mereka.
Namun keesokan harinya, Setsuko menemukan semua kunang-kunang telah mati.
Ia menggali kuburan kecil dan mengubur serangga-serangga itu sambil bertanya, “Kenapa mereka harus mati? Kenapa ibu harus mati?”
Kondisi mereka semakin memburuk.
Makanan hampir habis, dan Seita mulai mencuri makanan dari petani serta menjarah rumah-rumah saat serangan udara.
Ia bahkan sempat tertangkap, lalu berusaha membawa Setsuko ke dokter.
Sayangnya, dokter hanya mengatakan bahwa Setsuko kekurangan gizi tanpa memberi pertolongan lebih lanjut.
Dalam keadaan putus asa, Seita menarik seluruh uang dari rekening sang ibu.
Di luar bank, ia mendengar kabar bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.
Seita juga mendengar bahwa armada laut Jepang hancur dan besar kemungkinan ayah mereka, seorang kapten angkatan laut, telah tewas di medan perang.
Seita kembali dengan membawa makanan, tetapi sudah terlambat.
Setsuko ditemukan dalam keadaan sekarat dan mengalami halusinasi.
Seita berusaha memasak untuk adiknya, namun Setsuko meninggal tak lama kemudian.
Ia mengkremasi jenazah Setsuko dengan bantuan dari seorang petani dan menyimpan abunya dalam kaleng permen.
Beberapa minggu kemudian, Seita juga meninggal karena kelaparan di Stasiun Sannomiya.
Tubuhnya ditemukan oleh petugas kebersihan yang kemudian membuang kaleng permen tersebut.
Dari kaleng itu, roh Setsuko muncul dan disusul oleh Seita, bersama sekumpulan kunang-kunang.
Keduanya menaiki kereta hantu, menyaksikan kembali perjalanan hidup mereka sebagai pengamat yang diam dan tenang.
Film ditutup dengan adegan menyentuh.
Kedua roh kakak beradik itu duduk di bangku bukit yang menghadap kota Kobe masa kini, dikelilingi cahaya kunang-kunang dalam keadaan damai.
Sumber:
View this post on Instagram