Setiap musim panas, kisah horor dan hantu Jepang selalu kembali menghantui layar film, panggung teater, hingga acara TV.
Sosok hantu cantik berambut panjang dan pakai kimono putih yang dikenal sebagai yūrei menjadi ikon menakutkan yang muncul di mana-mana.
Fenomena ini bukan hanya karena Jepang suka hal mistis.
Ada alasan budaya dan sejarah yang membuat hantu Jepang identik dengan musim panas. Berikut penjelasannya.
Baca juga:
Jauh sebelum pendingin ruangan ditemukan, masyarakat Jepang punya cara unik untuk “mendinginkan diri” di musim panas.
Caranya? Mendengarkan cerita hantu.
Cuaca musim panas di Jepang sangat panas dan lembap. Untuk mengusir rasa gerah, orang zaman dulu percaya bahwa rasa merinding dan ketakutan bisa membantu menurunkan suhu tubuh.
Tubuh yang menggigil karena takut dianggap bisa menyeimbangkan panas dari dalam.
Karena itu, pada zaman Edo, teater kabuki rutin menggelar pertunjukan bertema hantu setiap musim panas.
Pertunjukan ini disebut suzumi shibai atau “pertunjukan penyejuk.”
Salah satu kisah yang sangat populer adalah Tōkaidō Yotsuya Kaidan, yang mengisahkan arwah perempuan yang mati dalam keadaan tidak adil dan kembali menuntut balas.
Cerita-cerita seperti inilah yang kemudian menjadi cikal bakal horor Jepang modern.
Salah satu tokoh hantu paling ikonik di Jepang adalah Oiwa. Ia berasal dari pertunjukan kabuki Yotsuya Kaidan yang pertama kali dipentaskan pada Juli 1825 di Edo.
Oiwa digambarkan sebagai wanita cantik yang kemudian berubah menjadi hantu pendendam setelah mengalami pengkhianatan dan penyiksaan.
Wajahnya yang rusak dan penampilannya yang mengenakan kimono pemakaman putih membuatnya mudah dikenali.
Kisah Oiwa terus diadaptasi ke dalam film, teater, dan drama, menjadikannya simbol “hantu cantik” dalam budaya horor Jepang.
Meski menyeramkan, banyak yang menganggap Oiwa sebagai sosok yang tragis sekaligus kuat.
Kisah hantu di Jepang juga erat kaitannya dengan musim Obon, yaitu periode saat arwah leluhur dipercaya kembali ke dunia untuk mengunjungi keluarga mereka.
Di waktu yang sama, kisah-kisah tentang arwah penasaran dan roh jahat juga banyak muncul.
Kegiatan seperti kaidan (cerita hantu), suzumi shibai, dan kimodameshi (uji nyali di malam hari) berasal dari tradisi kuno yang berfungsi sebagai hiburan sekaligus ritual musim panas.
Selain untuk menakut-nakuti, kegiatan ini juga menjadi cara untuk menghadapi ketakutan secara bersama-sama.
Hingga kini, budaya horor di Jepang masih sangat hidup, terutama di musim panas. Film-film horor, antologi cerita hantu, hingga festival bertema arwah selalu ramai setiap tahun.
Sosok hantu seperti yūrei dan “hantu cantik” tetap menjadi bagian penting dari hiburan musim panas.
Tak hanya sebagai hiburan, keberadaan mereka mencerminkan kepercayaan lama tentang roh yang belum tenang dan kisah-kisah yang menyimpan luka.
Di balik ketakutannya, horor musim panas Jepang membawa warisan budaya yang kaya dan unik.
Sumber:
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram