Karena itu, pada zaman Edo, teater kabuki rutin menggelar pertunjukan bertema hantu setiap musim panas.
Pertunjukan ini disebut suzumi shibai atau “pertunjukan penyejuk.”
Salah satu kisah yang sangat populer adalah Tōkaidō Yotsuya Kaidan, yang mengisahkan arwah perempuan yang mati dalam keadaan tidak adil dan kembali menuntut balas.
Cerita-cerita seperti inilah yang kemudian menjadi cikal bakal horor Jepang modern.
Salah satu tokoh hantu paling ikonik di Jepang adalah Oiwa. Ia berasal dari pertunjukan kabuki Yotsuya Kaidan yang pertama kali dipentaskan pada Juli 1825 di Edo.
Oiwa digambarkan sebagai wanita cantik yang kemudian berubah menjadi hantu pendendam setelah mengalami pengkhianatan dan penyiksaan.
Wajahnya yang rusak dan penampilannya yang mengenakan kimono pemakaman putih membuatnya mudah dikenali.
Kisah Oiwa terus diadaptasi ke dalam film, teater, dan drama, menjadikannya simbol “hantu cantik” dalam budaya horor Jepang.
Meski menyeramkan, banyak yang menganggap Oiwa sebagai sosok yang tragis sekaligus kuat.
Kisah hantu di Jepang juga erat kaitannya dengan musim Obon, yaitu periode saat arwah leluhur dipercaya kembali ke dunia untuk mengunjungi keluarga mereka.