Bagi sebagian besar perusahaan dan institusi pendidikan di Jepang, pemeriksaan kesehatan merupakan hal wajib yang harus dijalani tak lama setelah kedatangan.
Prosesnya sederhana seperti mengukur tinggi dan berat badan, tes darah, menjawab beberapa pertanyaan seputar kesehatan, lalu pemeriksaan rontgen dada.
Namun bagi Masdica, seorang pekerja asal Indonesia yang baru dua hari mendarat di Jepang, pengalaman ini justru jadi momen yang cukup canggung.
Jet lag dan kesalahpahaman bahasa membuat segalanya terasa membingungkan.
Baca juga:
Saat tiba giliran pemeriksaan rontgen dada, teknisi dengan sopan berkata, “Please lift your shirt and put your chest on the panel… and take a breast.”
Apa yang Masdica dengar: “Take a breast…”
Apa yang dimaksud teknisi: “Take a breath.”
Masdica pun terdiam, panik dalam hati. Kalimat itu berulang kali diminta untuk diulang.
Sepuluh kali bertanya, “Sorry, could you say that again?” hanya membuat wajah sang teknisi semakin bingung dan lelah.
Sampai akhirnya, sebuah gerakan tangan yang menjelaskan maksud sebenarnya menyelamatkan keadaan. Masdica hanya diminta untuk menarik napas dalam, bukan yang lain.