Kalau mendengar kata sushi, banyak orang langsung membayangkan irisan ikan mentah yang mengilap di atas nasi cuka.
Tapi di Jepang, terutama saat musim panas yang lembap, sushi enggak selalu soal ikan mentah.
Justru di musim panas, sushi berubah jadi hidangan yang lebih segar dan ringan, sayuran dan bahan awetan jadi bintang utamanya.
Perubahan ini bukan cuma soal selera, tapi juga soal kearifan kuliner Jepang.
Dari dulu, orang Jepang paham betul bagaimana menyesuaikan makanan dengan iklim, menjaga keamanan makanan, dan tetap merawat tradisi yang sudah turun-temurun.
Baca juga:
Untuk bisa menikmati sushi dengan lebih paham, penting tahu dulu bahan dasarnya. Ada tiga komponen utama yang selalu hadir di balik sushi tradisional:
Shari alias nasi berbumbu cuka, gula, dan garam. Ini pondasi utama hampir semua jenis sushi.
Nori atau rumput laut, yang biasanya dipakai untuk membungkus sushi atau jadi topping.
Netā yaitu isian atau topping, yang sering kali berupa ikan mentah, tapi sebenarnya nggak selalu begitu.
Ketiga bahan ini jadi inti dari sushi, tapi isiannya justru yang paling fleksibel dan bisa berubah sesuai musim, termasuk saat musim panas.
Musim panas di Jepang terkenal panas dan lembap.
Sebelum kulkas mudah ditemukan, menyajikan ikan mentah di musim ini dianggap berisiko karena gampang rusak.
Sampai sekarang pun, banyak koki tradisional maupun ibu rumah tangga di Jepang memilih mengurangi penggunaan ikan mentah di bulan-bulan panas.
Tapi bukannya berhenti makan sushi, mereka justru pintar beradaptasi.
Sushi di musim panas biasanya diisi bahan-bahan segar seperti kappa maki (sushi timun), shinko maki (sushi lobak asinan), atau gunkan dengan topping plum asam atau sayuran gunung.
Selain menyegarkan, bahan-bahan ini juga lebih aman di suhu panas.
Kadang, sushi musim panas juga memakai topping matang seperti terong panggang, kulit tahu manis (inari sushi), atau telur dadar tipis.
Ada juga jenis oshizushi dari Osaka, yaitu sushi dengan ikan yang sudah diasinkan atau dimasak, misalnya makarel.
Semua ini adalah cara cerdas untuk tetap menikmati sushi tanpa khawatir soal keamanan makanan.
Di Jepang, makan itu bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal menghormati musim.
Itulah kenapa bahan-bahan seperti myoga (jahe Jepang), daun shiso, dan akar teratai yang sedang musim pada musim panas sering jadi isi sushi.
Bahan-bahan ini enggak hanya menambah rasa, tapi juga memberi sensasi segar dan tekstur renyah yang cocok dinikmati di hari panas.
Fleksibilitas ini justru yang bikin sushi jadi salah satu makanan Jepang yang dicintai banyak orang.
Sushi enggak kaku, tapi terus beradaptasi, berkembang, dan selalu mencari keseimbangan antara rasa, fungsi, dan musim.
Tahukah kamu? Ada satu jenis sushi musim panas tradisional bernama sasamaki sushi.
Nasi dan isian sushi ini dibungkus dengan daun bambu yang punya sifat antibakteri alami.
Di masa sebelum kulkas, cara ini membantu menjaga sushi tetap segar.
Jadi, di musim panas, sushi bukan sekadar ikan mentah di atas nasi. Lebih dari itu, sushi adalah perayaan alam, musim, dan kreativitas memasak.
Saat kamu menikmati kappa maki yang renyah atau sushi sayur yang ringan, ingatlah, fungsi sushi selalu ada pada kemampuannya menyatu dengan musim, bukan cuma soal seafood segar.
Sumber:
Artikel ditulis oleh Karaksa Media Partner (Juli 2025)
View this post on Instagram