Waktu pertama kali pindah ke Jepang, saya sadar kalau punya sepeda bakal sangat membantu.
Apalagi saya tinggal di Tokyo, banyak orang lebih memilih bersepeda ketimbang naik kendaraan umum untuk jarak dekat.
Tapi, karena bujet terbatas, saya memutuskan untuk beli sepeda bekas.
Baca juga:
Saya mendapat info kalau sepeda bekas banyak dijual lewat aplikasi ponsel atau pasar komunitas.
Setelah mencari beberapa hari, saya akhirnya menemukan sepeda yang harganya masuk akal dan lokasinya dekat rumah.
Ini pertama kalinya saya janjian langsung dengan penjual lewat aplikasi.
Di Indonesia, saya belum pernah melakukan hal semacam ini. Rasanya agak canggung, tapi penjualnya ternyata ramah.
Dia menjelaskan kondisi sepeda dengan cukup detail, mulai dari rem, ban, sampai lampu.
Bahasa Jepang saya masih terbatas jadi mengobrolanya agak lama, sekitar 30 menit. Untungnya dia sabar.
Bahkan, dia juga sempat memberi tahu soal aturan bersepeda di Jepang. Saya baru tahu kalau sepeda harus didaftarkan secara resmi.
Sebelum saya setuju untuk membeli, saya cek beberapa hal dulu. Saya pastikan remnya masih berfungsi, ban tidak gundul, dan gear-nya masih lancar.
Lampu depannya juga harus menyala. Sepeda di Jepang wajib dilengkapi lampu terutama untuk dipakai malam hari.
Hal paling penting, saya tanyakan soal status registrasi sepeda, namanya Bouhan Touroku.
Semua sepeda di Jepang harus terdaftar atas nama pemiliknya. Kalau beli sepeda bekas, datanya harus dipindahkan ke nama kita.
Penjualnya bilang dia belum sempat mengurus hal itu, tapi dia memberi saya kuitansi sebagai bukti transaksi. Saya pikir, nanti saja saya mengurus registrasi.
Beberapa hari kemudian, saya memakai sepeda itu untuk belanja ke Gyomu Super. Jaraknya cuma lima menit dari rumah. Saya pikir aman-aman saja.
Ternyata, belum sampai tempat tujuan, mobil polisi menghentikan saya di jalan. Mereka minta saya berhenti, lalu mulai tanya-tanya seperti tempat tinggal, kerja apa, dan lain-lain.
Mereka juga minta lihat Kartu Zairyu, lalu cek isi tas dan kantong saya.
Setelah itu, mereka lihat stiker registrasi di sepeda. Saya jelaskan bahwa saya baru beli dan belum sempat mendaftarkannya atas nama saya.
Mereka sempat berdiskusi sebentar, lalu akhirnya minta maaf dan membiarkan saya pergi.
Jujur, saya agak panik waktu itu. Tapi ternyata, pemeriksaan semacam ini cukup umum di Jepang, apalagi terhadap orang asing.
Dari pengalaman ini, saya belajar satu hal penting, sebaiknya langsung selesaikan urusan registrasi sebelum mulai memakai sepeda, meskipun cuma sebentar.
Berikut beberapa hal yang sekarang selalu saya ingat:
Selalu bawa Kartu Zairyu saat bersepeda
Pastikan sepeda terdaftar atas nama sendiri
Simpan bukti transaksi pembelian sepeda
Jangan panik kalau dicegat polisi, cukup jawab dengan tenang
Parkir di tempat yang semestinya supaya tidak disita
Saya beruntung saat itu tidak kena masalah serius. Tapi kalau polisi tidak percaya atau saya tidak bisa menjelaskan dengan baik, bisa jadi ceritanya berbeda.
Beli sepeda bekas di Jepang memang lebih hemat dan praktis, tapi tetap ada aturannya.
Jangan anggap enteng soal registrasi, apalagi kalau kamu masih baru tinggal di Jepang.
Kalau kamu punya pengalaman serupa, boleh banget dibagikan. Siapa tahu bisa membantu orang lain yang baru mulai hidup di Jepang seperti saya dulu.
Sumber:
View this post on Instagram