Mereka memprediksi upah akan meningkat sekitar 4,7 persen, dengan asumsi harga minyak dunia melemah dan dampak tarif Amerika Serikat terhadap laba perusahaan dapat ditekan.
Saisuke Sakai, Kepala Ekonom Jepang di Mizuho Research, memperkirakan bahwa momentum kenaikan gaji akan semakin terlihat pada kuartal pertama tahun depan.
Ia juga memprediksi Bank of Japan akan mulai menaikkan suku bunga pada periode tersebut.
Pandangan ini sejalan dengan hasil survei Reuters, yang menunjukkan bahwa sebagian besar ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin akan terjadi pada awal 2026.
Toru Suehiro, Kepala Ekonom Daiwa Securities, juga memperkirakan kenaikan gaji tahun depan akan berada di kisaran 4,5 hingga 4,9 persen.
Namun ia mencatat bahwa sektor non-manufaktur perlu mengambil peran lebih besar dalam mendorong kenaikan upah.
Pasalnya, sektor manufaktur kemungkinan akan terdampak oleh tarif perdagangan dari Amerika Serikat.
Menurutnya, selama ini pertumbuhan gaji banyak didorong oleh sektor manufaktur yang mendapat keuntungan dari pelemahan yen.
Namun ke depan, model tersebut perlu berubah agar pertumbuhan upah tetap berlanjut di tengah tekanan global.
Sementara itu, negosiasi dagang antara Jepang dan Amerika Serikat masih menemui hambatan.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru sebesar 30 hingga 35 persen terhadap produk impor dari Jepang.
Angka itu jauh di atas tarif 24 persen yang sempat diumumkan pada 2 April lalu dan masih ditangguhkan hingga 9 Juli.
View this post on Instagram