Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Summer

Musim Panas Jepang Ekstrem, Capai Suhu Terpanas dalam 1 Abad

Kompas.com - 04/07/2025, 12:29 WIB

Jepang mencatat rekor baru suhu rata-rata tertinggi untuk bulan Juni sejak pencatatan dimulai pada 1898.

Informasi ini disampaikan Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency/JMA) pada Selasa (2/7/2025).

Suhu rata-rata nasional pada Juni 2025 tercatat 2,34 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan nilai standar bulan tersebut.

Melansir kantor berita AFP (1/7/2025), peningkatan suhu tidak hanya terjadi di daratan, tetapi juga di perairan pesisir Jepang. 

Menurut JMA, suhu air laut pada bulan Juni juga meningkat 1,2 derajat Celsius di atas rata-rata.

Kondisi ini menyamai rekor tertinggi yang sebelumnya terjadi pada Juni 2024 sejak pencatatan dimulai pada 1982.

Baca juga:

Cuaca musim panas menyengat di Jepang.
Cuaca musim panas menyengat di Jepang.

Peringatan Panas Ekstrem Berlanjut

Badan Meteorologi Jepang memperingatkan bahwa suhu tinggi diperkirakan akan terus berlanjut sepanjang bulan berikutnya.

Fenomena tekanan udara tinggi yang kuat di wilayah Jepang pada Juni disebut sebagai salah satu penyebab utama naiknya suhu secara signifikan.

Meski para ilmuwan menyatakan bahwa perubahan iklim akibat aktivitas manusia memperparah intensitas dan frekuensi gelombang panas, para ahli cuaca di

Jepang berhati-hati untuk tidak mengaitkan langsung peristiwa suhu ekstrem ini dengan perubahan iklim secara spesifik.

Namun, mereka mengamati adanya tren jangka panjang perubahan iklim yang menimbulkan pola cuaca semakin tidak menentu.

Tempat wisata di Jepang saat musim panas.
Tempat wisata di Jepang saat musim panas.

Dampak Perubahan Iklim di Berbagai Wilayah

Gelombang panas ekstrem saat ini juga tengah melanda berbagai belahan dunia, termasuk wilayah Eropa seperti Prancis dan Yunani.

Federasi pesepakbola dunia FIFPro bahkan telah mengusulkan jeda paruh waktu yang lebih panjang pada Piala Dunia tahun depan sebagai respons terhadap risiko suhu tinggi bagi para atlet.

Di Jepang sendiri, berbagai dampak dari perubahan iklim mulai dirasakan nyata. Musim panas tahun lalu tercatat sebagai yang terpanas, menyamai rekor tahun 2023.

Musim gugur setelahnya pun menjadi yang terhangat sejak 126 tahun lalu. Beberapa tanaman ikonik Jepang pun terpengaruh.

Bunga sakura yang biasanya bermekaran di musim semi mulai mengalami perubahan waktu mekar, bahkan ada yang tidak mekar sempurna karena musim dingin yang kurang dingin.

Gunung Fuji, simbol ikonik Jepang, juga mengalami perubahan.

Tahun lalu, puncak bersalju khas Gunung Fuji baru muncul pada awal November, lebih lambat dari rata-rata yang biasanya terjadi pada awal Oktober.

Iris, bunga musim panas di Jepang yang mekar pada Mei sampai Juni.
Iris, bunga musim panas di Jepang yang mekar pada Mei sampai Juni.

Perubahan Musim dan Risiko Bencana Meningkat

Musim hujan di Jepang bagian barat baru saja berakhir minggu lalu. Ini tercatat sebagai waktu berakhirnya musim hujan paling awal, yakni sekitar tiga minggu lebih cepat dari biasanya.

Selain itu, Jepang juga mengalami berbagai bencana yang dipicu cuaca ekstrem.

Topan di musim panas kerap menyebabkan banjir besar.

Sementara itu, suhu tinggi ekstrem telah menimbulkan kasus heat stroke yang fatal, terutama di kalangan lanjut usia. 

Di sisi lain, musim dingin yang semakin kering meningkatkan risiko kebakaran hutan.

Wilayah utara Ofunato, misalnya, mengalami kebakaran hutan terbesar dalam 30 tahun terakhir pada awal tahun ini.

Namun, tidak semua wilayah mengalami pengurangan curah hujan.

Beberapa daerah justru mencatatkan curah salju yang tinggi dan tidak biasa, menyebabkan kecelakaan fatal, gangguan lalu lintas, serta meningkatnya risiko longsoran salju.

Upaya Jepang Mengurangi Emisi Karbon

Di tengah tantangan perubahan iklim, Jepang tetap bergantung pada bahan bakar fosil yang diimpor.

Hal ini menjadikan Jepang sebagai negara dengan campuran energi paling kotor di antara negara-negara G7.

Meski demikian, pemerintah Jepang telah menetapkan target pengurangan emisi karbon sebesar 60 persen pada 2035 dan 73 persen pada 2040 dibandingkan tingkat emisi tahun 2013.

Target jangka panjangnya adalah mencapai netralitas karbon pada 2050.

Langkah ini menjadi penting seiring meningkatnya kejadian cuaca ekstrem yang terus mengancam kehidupan masyarakat. 

Jepang kini dihadapkan pada tantangan besar dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim yang semakin nyata dan kompleks.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Kompas.com (@kompascom)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.