Before-after tidak boleh diedit atau dimanipulasi. Tekstur kulit pasien harus tetap tampak alami dan hasil operasi tidak boleh dibuat dramatis.
"Setiap kita bikin video itu kan kasih before-after-nya. Di before-after-nya itu pasti selalu harus kasih kata-kata risikonya apa gitu," ujar Dewi kepada Ohayo Jepang melalui sambungan telepon, (19/6/2025).
Bahkan, dokter tidak boleh mengklaim sebagai “yang terbaik” atau “nomor satu.”
Gambar before-after juga tidak boleh ditampilkan di halaman utama situs (landing page).
Jika melanggar, otoritas kesehatan bisa mengirim teguran dan meminta agar bagian video tertentu dihapus.
Dewi wajib mempelajari langsung dokumen hukum resmi yang dibagikan oleh perusahaan.
Klinik tempatnya bekerja memberikan pelatihan khusus mengenai pedoman dari Dinas Kesehatan Publik Jepang.
Ia harus memastikan naskah, visual, hingga susunan teks dalam video mengikuti standar hukum.
"Ada Hokenjo namanya. Itu kayak yang dinas kesehatan publik. Mereka itu yang mengatur guideline untuk promosi," kata perempuan yang tinggal di Jepang sejak 2008 ini.
Meski awalnya sempat ragu dan nyaris menyerah, lulusan sekolah kejuruan di Jepang ini justru bertahan selama 13 tahun sebagai video creator.