Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Worklife

Kerja di Jepang Jadi Video Creator Harus Siap Hadapi Ini...

Kompas.com - 30/06/2025, 17:20 WIB

Butuh waktu sekitar dua tahun hingga ia benar-benar merasa nyaman menggunakan Bahasa Jepang dalam lingkungan kerja profesional.

Dewi saat menghadiri acara study dokter Japan Society of Aesthetic Surgery Mei 2025.
Dewi saat menghadiri acara study dokter Japan Society of Aesthetic Surgery Mei 2025.

Menangani Produksi Konten Secara Mandiri

Sebagai video creator, tugas Dewi jauh melampaui sekadar merekam dan mengedit.

Ia merancang konsep, menyusun jadwal pengambilan gambar, melakukan shooting, mengedit video, membuat thumbnail, hingga mengunggah ke YouTube dan situs resmi klinik.

Pada awalnya, Dewi bekerja bersama seorang senior.

Namun setelah enam bulan, rekan kerjanya cuti melahirkan sehingga selama tiga hingga empat tahun, Dewi mengerjakan semua proses produksi sendiri.

Di masa itu, belum banyak teknologi bantu seperti sekarang. Ia belajar desain grafis dan membuat catch copy (kalimat pendek promosi) dalam Bahasa Jepang secara mandiri.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena gaya komunikasi visual Jepang sangat khas dan sulit dipahami oleh orang asing.

Harus Paham Aturan Hukum Promosi di Jepang

Tugas Dewi tidak hanya membuat video yang menarik, melainkan juga memastikan semua konten mematuhi aturan hukum promosi klinik kecantikan di Jepang.

Di sana, regulasinya sangat ketat. Setiap video harus menampilkan informasi yang jujur dan tidak berlebihan.

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.