Sekolah ini menerima siswa dari berbagai latar belakang.
Sekitar sepertiga dari total 715 siswanya merupakan anak-anak warga Jepang yang baru kembali dari luar negeri atau warga asing.
Di sekolah ini, keragaman budaya terlihat dalam keseharian.
Dalam acara tahunan sekolah, para siswa menampilkan pidato dalam Bahasa Inggris, serta presentasi dalam Bahasa Mandarin, Prancis, Jerman, Korea, dan Spanyol.
Semua bahasa tersebut merupakan bagian dari kurikulum resmi.
Guru Bahasa Inggris Haruki Honma mengatakan bahwa suasana belajar yang inklusif dan multikultural menjadi kekuatan sekolah ini.
“Setiap hari terasa seperti pertukaran budaya internasional. Siswa belajar langsung dari teman-temannya yang berasal dari berbagai negara dan budaya,” ujarnya.
Kebijakan sekolah gratis mulai mendapatkan momentum pada akhir 2024.
Saat itu, partai koalisi pemerintahan yang dipimpin Partai Demokrat Liberal (LDP) sepakat dengan Partai Inovasi Jepang (JIP) untuk menggratiskan biaya SMA sebagai syarat agar RUU Anggaran 2025 disetujui parlemen.