Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Budaya Lokal

40 Tahun Studio Ghibli, Anime dengan Sentuhan Dark Story dan Dunia Roh

Kompas.com - 06/06/2025, 14:53 WIB

Studio Ghibli, rumah produksi animasi kenamaan asal Jepang, merayakan ulang tahunnya yang ke-40 bulan ini.

Selama empat dekade berkarya, Ghibli telah berhasil meraih dua piala Oscar dan memikat jutaan penggemar.

Namun, masa depan studio ini diselimuti ketidakpastian.

Film terbaru mereka, The Boy and the Heron yang meraih kesuksesan besar, kemungkinan besar akan menjadi karya terakhir dari Hayao Miyazaki.

Melansir kantor berita AFP (6/6/2025), Studio Ghibli didirikan oleh Hayao Miyazaki dan mendiang Isao Takahata pada 1985.

Popularitas Ghibli semakin meroket setelah "The Boy and the Heron" mendapatkan penghargaan Academy Award keduanya pada 2024.

Selain itu, kehadiran film Ghibli di layanan streaming Netflix di seluruh dunia turut memperluas jangkauan penontonnya.

Pada Maret lalu, internet sempat dihebohkan dengan berbagai gambar bergaya khas Ghibli yang nostalgik, menyusul rilisnya generator gambar terbaru dari OpenAI.

Hal ini memicu perdebatan mengenai hak cipta.

Daya tarik Studio Ghibli juga semakin kuat dengan dibukanya Ghibli Park yang kini menjadi destinasi wisata utama di Kota Nagakute, Prefektur Aichi.

Julia Santilli (26) asal Inggris yang kini tinggal di Jepang, mengaku jatuh cinta pada Ghibli setelah menonton Spirited Away (2001) sewaktu kecil. 

"Saya mulai mengoleksi semua DVD-nya," ujar Julia kepada AFP.

Penggemar lainnya, Margot Divall (26) berujar bahwa cerita Ghibli sangat menarik dan karya seninya memukau.

Ia bahkan masih menonton Spirited Away sekitar 10 kali dalam setahun.

Baca juga:

Kaonashi dari The Spirited Away di Ghibli Park, Nagakute, Prefektur Aichi, Jepang. (Foto diambil pada 12 Oktober 2022)
Kaonashi dari The Spirited Away di Ghibli Park, Nagakute, Prefektur Aichi, Jepang. (Foto diambil pada 12 Oktober 2022)

Sentuhan Kematian dalam Karya Ghibli

Sebelum Studio Ghibli berdiri, sebagian besar anime alias kartun di Jepang ditujukan untuk anak-anak.

Namun, Miyazaki dan Takahata yang berasal dari generasi yang mengenal perang, memasukkan unsur dark story dalam karya mereka, sehingga menarik minat orang dewasa.

Hal ini diungkapkan oleh putra Miyazaki, Goro.

"Tidak semuanya manis, ada juga kepahitan dan hal-hal semacam itu yang terjalin dengan indah dalam karya mereka," jelas Goro, menggambarkan adanya sentuhan kematian dalam film Ghibli.

Bagi generasi muda yang tumbuh di masa damai, mustahil untuk menciptakan sesuatu dengan perasaan, pendekatan, dan sikap yang sama.

Misalnya, My Neighbor Totoro merupakan film menyeramkan karena mengeksplorasi ketakutan akan kehilangan ibu yang sakit.

Susan Napier, profesor dari Tufts University di Amerika Serikat dan penulis buku Miyazakiworld: A Life in Art, setuju dengan pandangan ini.

"Di Ghibli, kamu akan menemukan ambiguitas, kompleksitas, dan juga kesediaan untuk melihat bahwa kegelapan dan terang seringkali berjalan beriringan. Berbeda dengan kartun Amerika yang umumnya mengedepankan pertarungan antara baik dan jahat" katanya.

Film pasca-apokaliptik Nausicaa of the Valley of the Wind yang dianggap sebagai film Ghibli pertama meskipun dirilis pada 1984 tidak memiliki tokoh antagonis yang jelas.

Film tersebut terasa segar karena menghadirkan putri mandiri yang tertarik pada serangga raksasa dan hutan beracun.

Hal itu mengubah pandangan wanita pasif yang selalu harus diselamatkan.

Bus kucing My Neighbour Totoro di Ghibli Park, Nagakute, Prefektur Aichi, Jepang. (Foto diambil pada 12 Oktober 2022)
Bus kucing My Neighbour Totoro di Ghibli Park, Nagakute, Prefektur Aichi, Jepang. (Foto diambil pada 12 Oktober 2022)

Hubungan Manusia dengan Alam dan Dunia Roh

Film Studio Ghibli juga kerap menggambarkan alam semesta di mana manusia memiliki hubungan yang mendalam dengan alam dan dunia roh.

Princess Mononoke (1997) misalnya. Kisah seorang gadis yang dibesarkan oleh dewi serigala di hutan yang terancam oleh manusia ini adalah sebuah mahakarya tapi film yang berat.

Ini adalah film yang serius, gelap, dan penuh kekerasan sehingga lebih dihargai oleh orang dewasa. Tidak seperti film Hollywood tentang putri pada umumnya.

"Film Ghibli memiliki sisi lingkungan dan animisme, yang menurut saya sangat relevan untuk dunia kontemporer dengan perubahan iklim," ucap Napier.

Miyuki Yonemura, profesor dari Senshu University di Jepang yang mengkaji teori budaya tentang animasi, mengatakan bahwa menonton film Ghibli seperti membaca sastra. 

"Itu sebabnya beberapa anak menonton Totoro 40 kali," katanya, seraya menambahkan bahwa penonton akan menemukan sesuatu yang baru setiap menonton film Ghibli.

Animator sekaligus co-founder Studio Ghibli, Hayao Miyazaki. Studio Ghibli tepat berusia 40 tahun bulan ini! (13/7/2015)
Animator sekaligus co-founder Studio Ghibli, Hayao Miyazaki. Studio Ghibli tepat berusia 40 tahun bulan ini! (13/7/2015)

Inspirasi dari Berbagai Penjuru Dunia

Yonemura berpendapat bahwa Miyazaki dan Takahata mampu menciptakan dunia imajinatif karena keterbukaan mereka terhadap budaya lain. 

Pengaruh asing termasuk penulis Antoine de Saint-Exupery dan animator Paul Grimault, keduanya berasal dari Perancis, serta seniman Kanada Frederic Back, yang memenangkan Oscar untuk animasinya "The Man Who Planted Trees".

Fakta bahwa Takahata belajar sastra Prancis di universitas adalah faktor besar. kata Yonemura.

Miyazaki dan Takahata adalah pembaca yang rajin, inilah kunci keunggulan mereka dalam menulis naskah dan cerita.

Bahkan, Miyazaki terinspirasi oleh kisah lama Jepang dan mitologi Yunani untuk film Nausicaa.

Yonemura yakin Studio Ghibli tidak akan sama tanpa Miyazaki, kecuali ada talenta sepertinya.

Namun, Napier melihat Miyazaki sebagai seniman hebat dengan imajinasi visual luar biasa, dan ia bersama Takahata sangat progresif. Ia merasa ini adalah momen budaya yang unik.

Penggemar Ghibli, Divall, percaya studio ini akan terus dicintai, selama mereka menjaga keindahan, usaha, dan cinta dalam setiap karyanya.

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : YUHARRANI AISYAH

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.