Ini adalah film yang serius, gelap, dan penuh kekerasan sehingga lebih dihargai oleh orang dewasa. Tidak seperti film Hollywood tentang putri pada umumnya.
"Film Ghibli memiliki sisi lingkungan dan animisme, yang menurut saya sangat relevan untuk dunia kontemporer dengan perubahan iklim," ucap Napier.
Miyuki Yonemura, profesor dari Senshu University di Jepang yang mengkaji teori budaya tentang animasi, mengatakan bahwa menonton film Ghibli seperti membaca sastra.
"Itu sebabnya beberapa anak menonton Totoro 40 kali," katanya, seraya menambahkan bahwa penonton akan menemukan sesuatu yang baru setiap menonton film Ghibli.
Yonemura berpendapat bahwa Miyazaki dan Takahata mampu menciptakan dunia imajinatif karena keterbukaan mereka terhadap budaya lain.
Pengaruh asing termasuk penulis Antoine de Saint-Exupery dan animator Paul Grimault, keduanya berasal dari Perancis, serta seniman Kanada Frederic Back, yang memenangkan Oscar untuk animasinya "The Man Who Planted Trees".
Fakta bahwa Takahata belajar sastra Prancis di universitas adalah faktor besar. kata Yonemura.
Miyazaki dan Takahata adalah pembaca yang rajin, inilah kunci keunggulan mereka dalam menulis naskah dan cerita.
Bahkan, Miyazaki terinspirasi oleh kisah lama Jepang dan mitologi Yunani untuk film Nausicaa.
Yonemura yakin Studio Ghibli tidak akan sama tanpa Miyazaki, kecuali ada talenta sepertinya.
Namun, Napier melihat Miyazaki sebagai seniman hebat dengan imajinasi visual luar biasa, dan ia bersama Takahata sangat progresif. Ia merasa ini adalah momen budaya yang unik.
Penggemar Ghibli, Divall, percaya studio ini akan terus dicintai, selama mereka menjaga keindahan, usaha, dan cinta dalam setiap karyanya.
View this post on Instagram