Namun, ada tantangan yang sering dialami oleh orang Indonesia. Dari segi bahasa, “半額” (hangaku) berarti “setengah harga,” sedangkan “割引” (waribiki) artinya diskon umum.
Salah membaca kanji ini bisa membuat kehilangan kesempatan promo. Selain itu, lokasi juga menjadi kendala.
Di kota kecil, supermarket terdekat bisa berjarak beberapa kilometer sehingga biaya transportasi bisa menghapus keuntungan diskon.
Tak kalah penting, stok yang terbatas membuat barang favorit cepat habis, karena warga lokal juga berburu diskon yang sama.
Banyak migran mengatasi hal ini dengan membentuk grup LINE yang berbagi informasi diskon secara real-time di lingkungan mereka.
Time sale malam juga membawa dampak sosial dan lingkungan.
Jepang berkomitmen mengurangi sampah makanan rumah tangga hingga separuh, menjadi 2,44 juta ton pada 2030.
Time sale menjadi salah satu strategi kunci untuk menjaga makanan tidak terbuang ke tempat sampah sekaligus menekan pengeluaran konsumen.
Jadi, saat pekerja Indonesia mengambil nampan sushi setengah harga pada pukul 20.45, mereka dapat menghemat uang sekaligus turut mendukung tujuan keberlanjutan Jepang.
Menguasai pola time sale merupakan pencapaian kecil tapi bermakna dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan di Jepang.