Selain itu, keenam peserta harus menjalani pelatihan bahasa sebagai pemantapan menuju profesi sopir bus.
Pelajaran bahasa menyangkut pemahaman tentang bahasa terkait mesin bus, tanda jalan, hingga etika dalam berkomunikasi.
Mereka juga diwajibkan mengikuti serangkaian ujian mengemudi di sirkuit khusus yang telah ditunjuk oleh LPKS Shankara.
Menurut Mahatmi Rismartanti (26), salah satu peserta yang lolos ujian SSW sopir bus, wawancara dan ujian SSW dilakukan secara langsung oleh CEO Tokyu Bus, Furukawa, yang datang ke Jakarta Timur.
“Waktu interview aku juga ada tes dengan Shankara dan Tokyu Bus di sirkuit di Jakarta Timur,” ujarnya kepada Ohayo Jepang, Rabu (21/5/2025).
Mahatmi akan diberangkatkan ke Jepang sekitar Juni mendatang.
Begitu tiba di Jepang, ia akan menjalani pelatihan kerja (on the job training) terlebih dahulu selama satu tahun di perusahaan transportasi Tokyu Bus.
Program pelatihan mencakup sekolah mengemudi, mempelajari berbagai materi terkait profesi sopir, hingga bertugas sebagai pendamping sopir bus.
“Sekolah mengemudi, terus pelajaran di kelas, sama mungkin setengahnya mendampingi waktu bus jalan,” kata dia.
Aji menjelaskan bahwa prospek menjadi sopir bus melalui jalur SSW sangat terbuka lebar meskipun bidang ini baru tahun pertama dibuka untuk Warga Negara Indonesia (WNI).