Fenomena overtourism atau ledakan jumlah wisatawan terjadi di Jepang.
Pengeluaran wisatawan asing yang dicatat pada 2023 mencapai 5,3 triliun yen, naik 10,2 persen dari sebelum pandemi.
Sebagai respons, Pemerintah Jepang menargetkan 60 juta wisatawan asing pada 2030. Perdana Menteri Shigeru Ishiba memerintahkan para menteri menyusun rencana komprehensif untuk mencapai target ini.
Melansir dari World Economic Forum, Selasa (13/5/2025), sekitar 73 persen dari total penginapan wisatawan hanya terjadi di lima prefektur yakni Tokyo, Osaka, Kyoto, Hokkaido, dan Fukuoka.
Hal tersebut menimbulkan ketimpangan geografis.
Dari kepadatan wisatawan ini, menimbulkan juga respons warga lokal yang beragam.
Dalam survei yang pernah dilakukan, 59,7 persen responden menganggap lingkungan tempat tinggal mereka padat.
Sekitar 63,4 persen merasakan kepadatan di sekitar tempat kerja dan 60 persen menyatakan kepadatan ini berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari.
Dilansir dari DW, Senin (10/2/2025), Direktur Jenderal Pariwisata Kota Kyoto, Toshinori Tsuchihashi, menjelaskan bahwa kotanya menjadi yang paling serius terdampak overtourism.
Ia menjelaskan bahwa lonjakan kunjungan biasanya terjadi saat musim sakura mekar di musim semi dan perubahan warna daun di musim gugur, menyebabkan kemacetan di jalan sekitar, kepadatan bus kota, dan pelanggaran etika.
Baca juga:
Untuk mengatasi kondisi overtourism yang terjadi, Pemerintah Jepang mencoba cara baru.
Pendekatan yang dilakukan yakni menjalin kolaborasi bersama Japan Airlines dan Hoshino Resorts pada Oktober 2024 untuk mempromosikan destinasi tersembunyi lewat kampanye Instagram dan paket wisata.
Japan Airlines juga menawarkan tiket domestik gratis bagi turis asing untuk mendorong kunjungan ke daerah.
Tujuannya dari langkah ini adalah menyebarkan wisatawan, mengurangi tekanan di destinasi utama, dan membantu revitalisasi daerah.
Selain itu, Pemerintah Jepang juga menginisiasi visualisasi kepadatan yang membantu wisatawan untuk menghindari keramaian.
Di Okinawa, aplikasi Okimeguri menggunakan AI untuk memprediksi kepadatan.
Kemudian di Hokkaido, sistem pelacakan real-time dipasang di stasiun dan delapan titik wisata populer untuk menunjukkan keramaian yang diberlakukan sejak Januari 2025.
Pemerintah Jepang mengalokasikan 15,82 miliar yen dalam anggaran tambahan 2024 untuk mengatasi overtourism dan meningkatkan layanan wisatawan asing.
Bersama Japan Tourism Agency, pemerintah menjalankan proyek “Promosi Pariwisata Berkelanjutan” yang mencakup pengumpulan dan analisis data keramaian dan visualisasi tingkat kepadatan.
Salah satu proyek 2025 adalah rencana untuk menyebar wisatawan di Prefektur Kumamoto, dengan hibah hingga 80 juta yen.
Kolaborasi pemerintah dengan swasta memungkinkan pengalihan arus wisatawan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Sumber:
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram