Direktur LPK Hiro Karanganyar, Bowo Kristianto, mengatakan banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di lembaganya yang berminat bekerja pada bidang konstruksi di Jepang melalui skema magang atau Ginou Jissu (技ノ就習生).
“Kalau untuk magang di LPK kita 65 persen di bidang konstruksi,” ujar Bowo kepada Ohayo Jepang, Rabu (16/4/2025).
Selain konstruksi, disusul oleh bidang pengolangan makanan dan pabrik sebesar 30 persen serta bidang pertanian dan pertenakan 5 persen.
Jumlah tersebut berdasarkan data dari siswa dan pemagang yang juga berhasil berangkat ke Jepang sejumlah lebih dari 1.400 orang.
Ia menerangkan bahwa Jepang saat ini membuka banyak kesempatan kerja yang berfokus pada bidang konstruksi.
“(Alasan banyak diminati) Karena memang saat ini banyak order-nya di konstruksi,” kata Bowo.
Kondisi berbeda disampaikan Pendiri sekaligus Ketua LPK Harajuku, Rawin.
Ia menjelaskan bahwa sektor manufaktur masih menjadi yang paling favorit bagi calon pemagang di Jepang
“Kalau bidang yang diminati itu industri manufaktur atau di pabrik di Jepang,” ujar Rawin saat dihubungi Ohayo Jepang, Senin (14/4/2025).
Saat ini, jumlah permintaan tenaga kerja di Jepang justru melebihi jumlah calon pekerja yang tersedia.
Hal ini yang membuat Jepang terus membuka kesempatan bagi pekerja Indonesia yang berminat memulai karier di Negeri Sakura.
Baca juga:
Tingginya kebutuhan tenaga kerja di bidang konstruksi mendapat perhatian dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Pada tenaga pengelasan contohnya, tidak hanya mengoptimalkan penyerapan tenaga kerja dari Indonesia ke Jepang, Kemenperin juga rajin membuka kesempatan bagi para mahasiswa yang telah lulus untuk dapat bekerja di luar negeri.
"Jepang kini memiliki kebutuhan tenaga kerja di bidang pengelasan yang sangat tinggi. Tentunya ini memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten dan bisa berdaya saing global," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (21/3/2025).
Agus menjelaskan, Indonesia dan Jepang aktif menjalin kerja sama bilateral dalam berbagai bidang, termasuk dalam upaya pengembangan SDM.
“Sedangkan untuk kerja sama di sektor industri, Indonesia dan Jepang juga telah lama menjalin secara komprehensif. Selama lima tahun terakhir, total perdagangan nonmigas kedua negara tumbuh sebesar 8,5 persen, dengan mencapai nilai sebesar 33,4 miliar dollar AS pada tahun 2024,” ujarnya.
Namun, perusahaan yang bergerak di bidang tersebut membutuhkan welder (tenaga pengelasan) yang memiliki keterampilan dan sertifikasi yang sesuai.
Rawin menjelaskan biaya yang dibutuhkan untuk masuk LPK hingga bisa bekerja ke Jepang mengacu ketentuan yang diterbitkan oleh Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).
Peserta calon pekerja ke Jepang akan membayar biaya sekitar Rp 25 juta hingga Rp 32 juta.
“Dari mulai awal mengikuti pelatihan di LPK sampai berangkat ke Jepang itu sekurangnya membutuhkan biaya Rp 25 juta,” ujar Rawin.
Biaya masuk LPK akan digunakan untuk pelatihan hingga persiapan melamar kerja ke perusahaan Jepang, rinciannya sebagai berikut:
Adapun peserta calon pekerja di Jepang juga harus membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 200.000.
技ノ就習生) melalui Kemnaker dan skema Government to Government (G to G) melalui Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI).
Program magang melalui Kemnaker ini bekerja sama dengan International Manpower Organization Japan (IM Japan).
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram