Tidak ada yang abadi, termasuk pengalaman menjadi Pekerja Berketerampilan Spesifik atau Specified Skilled Worker (SSW) di Jepang.
Bagi Ifah, babak SSW telah dipenuhi oleh pertumbuhan dan tantangan, namun itu tidak pernah dimaksudkan sebagai tujuan akhir.
Kami menanyakan padanya bagaimana ia memandang fase hidup ini dan ke mana ia ingin melangkah selanjutnya.
“Sebenarnya, saya ingin mencoba membuka usaha kecil, tidak harus di Jepang, tapi saya ingin memanfaatkan apa yang saya ketahui. Tapi ya, mungkin juga tidak,” ungkapnya dengan senyum ringan—sebagian merenung, sebagian lagi ragu.
Namun, ketika ditanya hal apa yang paling membekas, jawabannya kembali ke hal-hal mendasar.
“Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, saya sekarang jauh lebih mandiri dibandingkan diri saya yang dulu. Jadi mungkin selain perubahan dalam diri saya, hal yang paling mengesankan bagi saya adalah kenyataan sederhana bahwa saya bisa menjelajahi Jepang dengan latar belakang saya.”
“Untuk hal lainnya, saya rasa tidak terlalu ada. Teman-teman di sini memang luar biasa, tapi menurut saya itu bukan inti utamanya,” ucap Ifah.
Kemandirian, peluang dan kehidupan yang jauh dari bayangan sebelumnya—itulah oleh-oleh sejati semasa di Jepang.
Sebelum datang ke Jepang, apakah Ifah memiliki mimpi yang ingin dikejar setelah masa SSW? Ternyata ada, namun seiring waktu dan pengalaman, visinya pun berkembang.
“Sejak kecil, saya punya mimpi ingin menjadi pemilik rumah kos dan memiliki rumah sewa dengan banyak penyewa. Tapi sekarang saya rasa itu sulit, jadi sekarang saya tertarik dengan usaha makanan dan minuman yang sederhana. Tentu saja, di Indonesia.”
Bagi Ifah, ini soal bersikap realistis sambil tetap berharap, dan menggunakan apa yang telah ia pelajari di luar negeri untuk membangun sesuatu yang berarti di Tanah Air.
Baca juga:
Kami menanyakan hal apa yang paling akan ia rindukan saat akhirnya kembali ke Indonesia.
“Ya, saya kemungkinan besar akan merindukan transportasi umum yang tepat waktu dan dapat diandalkan. Saya juga akan merindukan alamnya, misalnya laut yang bersih tanpa banyak sampah mengapung.”
"Saya juga akan kangen jajanan dari konbini (toko serba ada), apalagi yang bisa bikin kopi sendiri dan disesuaikan rasanya! Saya juga berpikir bahwa mesin penjual otomatis belum banyak di Indonesia, padahal sangat praktis, jadi saya rasa saya juga akan merindukan itu.”
Hal-hal kecil seperti pantai yang bersih, kopi hangat, dan kereta yang datang tepat waktu bisa meninggalkan kesan yang paling mendalam.
Sebagai seseorang yang telah menjalani jalur SSW dengan penuh pembelajaran dan kedewasaan, Ifah memiliki pesan untuk mereka yang akan memulai perjalanan serupa.
“Tolong nikmati hasil dari kerja kerasmu. Kamu layak menikmatinya, tapi tetaplah bijak dan jangan sampai salah jalan. Dan juga, datanglah ke sini dengan rencana. Jangan datang dan berharap takdir yang mengambil alih kendali.”
Pesannya jelas dan membumi. Nikmati perjalanannya, tapi tetap genggam erat kemudi hidupmu.
Namun, masih ada satu kisah terakhir, sebuah penutup yang merangkai pertumbuhan, perubahan, dan makna sejati dari hidup yang melampaui ekspektasi.
Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (April 2025)
(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)
View this post on Instagram