Ohayo Jepang
Powered by

Share this page

Bekerja Di Jepang

Cerita Ifah Pekerja SSW di Jepang, Temukan Stabilitas dan Kedamaian Bekerja

Kompas.com - 07/04/2025, 19:13 WIB

Bekerja bukan hanya soal datang dan menyelesaikan tugas. Namun juga tentang menjalani hidup dengan baik.

Bagi pekerja Specified Skilled Workers (SSW) seperti Ifah, stabilitas lebih dari sekadar gaji.

Baca juga: Cara Menjadi SSW di Jepang, Daftar Melalui Agensi Penempatan PMI

Hal itu tentang menciptakan kehidupan yang memuaskan, seimbang, dan penuh kedamaian batin. Pusat dari itu semua, menurutnya, adalah terciptanya kesejahteraan emosional dan finansial.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi bagaimana Ifah berhasil menjalani hidup penuh makna, dengan tidak melupakan tantangan dan keistimewaan bekerja di Jepang.

Stabilitas Dimulai di Rumah

Saat ditanya tentang keadaan hidupnya saat ini, Ifah tersenyum dengan bangga dan rasa syukur.

“Secara finansial, saya tidak memiliki masalah. Sebaliknya, saya merasa keuangan keluarga saya semakin membaik," kata Ifah kepada Ohayo Jepang.

"Keluarga pun lebih bahagia dan berdampak pada kebahagiaan mental saya. Saya sangat bangga dengan diri saya karena bisa membantu keluarga. Bahkan sekarang, saya bisa mengirimkan dua adik saya untuk bersekolah,” ceritanya.

Dia menceritakan, selama bekerja, Ifah berusaha memilah masalah pribadi dan pekerjaan untuk tetap bisa positif secara mental.

“Sekarang, dalam hal pekerjaan, saya menganggap diri saya sangat profesional. Saya tidak akan membiarkan masalah pribadi mengganggu saya dan tetap tenang. Ini sangat membantu saya untuk tetap positif secara mental juga,” jelas Ifah.

Kata-katanya mengungkapkan sesuatu yang sederhana tetapi kuat.

Dia juga menuturkan, membantu orang lain sering kali membawa rasa stabilitas yang paling mendalam bagi diri sendiri.

Baca juga:

Apa yang Membuat Jepang Layak untuk Tinggal bagi Pekerja SSW?

Ifah, pekerja SSW di Jepang sedang mencatat dan membagi keuangan.
Ifah, pekerja SSW di Jepang sedang mencatat dan membagi keuangan.

 

Kami bertanya kepada Ifah apa yang membuatnya merasa betah tinggal di Jepang dan apa yang membuatnya tetap bertahan setelah beberapa tahun tinggal di luar negeri.

“Secara pribadi, saya sangat suka dengan suasana di Jepang. Rasanya menyenangkan melihat bagaimana transportasi umum dan layanan publik sangat baik dan cepat," tuturnya. 

"Selain itu, semua yang ada di Jepang dibuat dengan sangat indah. Saya suka pergi ke Skytree di malam hari, di mana saya bisa melihat lampu kota dan matahari terbenam. Itu sangat indah dan nyaman,” cerita Ifah sambil menunjukkan foto-foto yang dia ambil.

Terkadang, kedamaian batin datang bukan hanya dari pendapatan atau kepuasan kerja tetapi dari lingkungan di sekitar kita. Seperti Ifah, kenyamanan sederhana bisa membuat hidup terasa lebih indah.

Rahasia Keseimbangan Mental Bekerja di Jepang

Keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan merupakan tantangan bagi banyak orang, terutama di lingkungan yang penuh tuntutan seperti Jepang.

Namun, Ifah tampaknya telah menemukan ritme sendiri untuk menjaga stres tetap terkendali.

“Bagi saya, saya percaya bahwa saya memiliki waktu yang jelas untuk bekerja. Saya selalu membuat batas yang tegas antara waktu kerja dan waktu di luar kerja. Kecuali ada hal yang sangat mendesak, saya selalu memastikan untuk punya waktu untuk diri sendiri, seperti berjalan-jalan, makan makanan enak, atau hanya berbaring dan tidak melakukan apa-apa.”

“Namun, ketika berbicara tentang memberi penghargaan kepada diri sendiri, saya rasa selain dengan pergi ke suatu tempat, juga bisa dilakukan dengan menghabiskan uang yang saya peroleh, meskipun sebenarnya saya lebih suka tidak menghabiskannya,” tambahnya dengan tawa riang.

Dengan memberi izin pada dirinya untuk beristirahat, Ifah melindungi energinya dan menjaga pikiran serta tubuhnya dalam harmoni.

Adaptasi Tidak Selalu Sempurna dan Itu Tidak Apa-Apa

Setelah tinggal di Jepang selama beberapa tahun, apakah Ifah sudah sepenuhnya beradaptasi? Jawabannya jujur dan sangat mudah dipahami.

“Saya hampir sepenuhnya sudah beradaptasi dengan kehidupan di sini. Namun, masih ada tekanan jika ada sesuatu yang muncul dan mengharuskan saya untuk melakukan perubahan jadwal kerja mendadak.”

Selain itu, Ifah juga menyoroti kebiasaan orang Jepang yang cenderung lebih individualistik, yang terkadang membuatnya merasa kesal.

“Kamu tahu, meskipun Jepang adalah salah satu negara yang lebih disiplin, saya benci melihat orang membuang sampah sembarangan. Selain itu, berbeda dengan orang Indonesia, orang Jepang cenderung lebih individualistik. Bukan keluhan, tapi itu membuat saya sedikit kesal.”

 

Hal itu juga menjadi bagian dari proses panjang untuk menyesuaikan diri, bukan hanya bertahan hidup di negara baru, tetapi juga memahami segala sesuatunya.

Seri SSW Masih Berlanjut

 

Kami akan terus menceritakan tentang apa artinya hidup dengan baik di luar negeri, bukan hanya melalui rutinitas atau tanggung jawab, tetapi melalui hubungan emosional, keseimbangan pribadi dan kebahagiaan.

Konten disediakan oleh Karaksa Media Partner (April 2025)

(KOMPAS.COM/FAESAL MUBAROK)

          View this post on Instagram                      

A post shared by Ohayo Jepang (@ohayo_jepang)

Halaman:
Editor : Ni Luh Made Pertiwi F

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
 
Pilihan Untukmu
Close Ads

Copyright 2008 - 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.