Aizuchi adalah respons verbal dan nonverbal seperti mengangguk, mengatakan "hai" (ya), atau "un" (hmm). Respons semacam ini menunjukkan bahwa kita menyimak dan menghargai lawan bicara.
Dalam komunikasi sehari-hari di Jepang, aizuchi memegang peranan penting.
Tapi kalau digunakan secara tidak tepat, aizuchi justru bisa menimbulkan salah paham, bahkan membuat suasana jadi canggung.
Berikut beberapa kesalahan umum dalam menggunakan aizuchi, serta tips untuk menghindarinya.
Kalau kita tidak memberikan respons sama sekali saat orang Jepang berbicara, mereka bisa mengira kita tidak tertarik, bingung, atau tidak mendengarkan.
Dalam budaya Jepang, pendengar yang aktif sangat dihargai.
Tanpa aizuchi, pembicara bisa merasa diabaikan atau menganggap kita tidak sopan, meskipun sebenarnya kita hanya sedang fokus menyimak.
Aizuchi memang berguna, tapi kalau terlalu sering dilakukan, justru bisa jadi masalah.
Mengganggu Alur Pembicaraan
Kalau terlalu sering menyela dengan "hai", "sou desu ne" (oh begitu), atau anggukan tanpa henti, pembicara bisa kehilangan fokus.
Alur pembicaraan jadi terputus-putus dan terasa tidak alami.
Terlihat Tidak Tulus
Kalau aizuchi dilakukan secara otomatis dan berulang-ulang, kesannya jadi seperti basa-basi.
Pembicara bisa merasa bahwa kita tidak benar-benar memperhatikan, walau sebenarnya kita hanya berusaha sopan.
Terburu-buru atau Menghentikan Pembicaraan
Terlalu sering memberikan respons juga bisa disalahartikan sebagai upaya untuk mempercepat percakapan atau mengakhiri topik.
Dalam budaya Jepang yang menjunjung kesabaran dan ketenangan, hal ini bisa dianggap tidak sopan.
Waktu sangat menentukan. Jika kita memberikan aizuchi saat pembicara belum selesai atau masih di tengah kalimat, hal itu bisa dianggap sebagai interupsi.
Hal itu bisa mengganggu ritme alami percakapan dan membuat suasana jadi kurang nyaman.
Baca juga:
Sebelum memberikan respons, pastikan kita sudah memahami isi pembicaraan. Dengan begitu, aizuchi yang kita berikan jadi lebih tepat dan bermakna.
Gunakan gaya aizuchi yang sesuai dengan konteks pembicaraan.
“wakarimashita” (saya paham).
“un” sebagai bentuk respons yang ringan dan akrab.
Tunggu jeda alami atau saat lawan bicara menekankan suatu hal. Hindari menyela di tengah kalimat, karena bisa mengganggu alur bicara.
4. Jangan Terlalu Sering
Gunakan aizuchi seperlunya saja. Hindari mengulang frasa atau gerakan yang sama secara berlebihan, agar respons kita terasa tulus dan tidak dibuat-buat.
5. Tunjukkan Pemahaman yang Nyata
Daripada hanya mengangguk atau berkata "hai", cobalah mengulangi atau menyimpulkan isi pembicaraan. Misalnya:
“Jadi maksudnya...”
“Oh, berarti itu artinya...”
Respons semacam ini menunjukkan bahwa kita benar-benar menyimak dan memahami isi pembicaraan.
Aizuchi memang terlihat sepele, tapi sangat penting dalam komunikasi di Jepang.
Penggunaan yang tepat bisa memperlancar percakapan, menunjukkan rasa hormat, dan mempererat hubungan.
Sebaliknya, aizuchi yang terlalu sedikit, terlalu banyak, atau tidak tepat waktu justru bisa merusak suasana.
Pahami cara menggunakan aizuchi yang baik supaya kita bisa tampil lebih percaya diri saat berbicara dengan orang Jepang dan meninggalkan kesan positif.
Ulasan di atas disampaikan oleh GAS kun, WNI yang kerja di Tokyo. Ia hobi bermain bulu tangkis, mendengarkan lagu anime dan lagu rock, serta belajar bahasa Jepang.
Konten ditulis oleh Karaksa Media Partner (Maret 2025)
View this post on Instagram